Sahabatku Vendi
Sahabatku
Yongki, rindu adalah ketika aku merajut waktu, menyiangi perpisahan saat sampai
datang pertemuan, mungkin keranjang kisah ini lah sebagai bukti dari ribuan
drama kita, suka duka tidak lah istimewa karena semua orang mengalaminya. Tak
ada yang bisa kulakukan di musim hujan ini, ketika titik air turun dengan
kerasnya, berbaris, berjajar dan tak lagi lurus, serong menghantam kaca bak
gordeng jendela kamar. Dibawah gemuruh yang semakin meraung, aku melihat canda
tawamu menembus kaca dan berbias sampai awan yang abu, kita memang tidak sedang
berdrama kawan, karena ku pikir mendongeng akan lebih baik kali ini.
Ingatkah
kau dengan teman kita yang satu ini? pendek, kecil, agak plin-plan dan berjiwa
seni kuat, dengan semangat gigih diterjangnya sederetan hegemoni yang tak
bermanusiawi, ketika dia ingin melentikkan jari, mengayun indah selaras dengan
musik gambyong atau kecak, saat bola matanya yang tajam berpucuk pedang,
dilemparkannya ke kanan dan kiri, berlagak menyadur Arjuna yang sedang
kasmaran dengan Sinta, Ah apalah itu,
aku tak mau berceloteh tentang apa yang tidak aku kuasai. Kau ingat Vendi kan?
Aku punya kisah yang menarik untukmu, sahabatku Yongki. Pendek kata begini.
Tiga
tahun lalu, perpisahan diantara kita mengisahkan monolog daramitis satu sama
lain. Tuntutan peran alam telah menuntun kita ke jalan yang berbeda, menapak
lajur masa depan yang indah, mengayuh dayung kedewasaan yang tak berujung, eloknya
lazuardi esok telah menyilaukan kita, hampir tak ada kontak fisik dan batin
diantara kita lagi, yang hanya aku ingat teman kita Vendi berpetualang di kota
pelajar, dan kamu terus bergelut dengan gambar-gabar maya, yang aneh dan
pastinya tak mampu aku uraikan dengan otakku. Sahabatku, aku tak pernah
menyangka jika aku dipertemukan lagi dengannya di kota pensiun, mungkin wujud
kepatuhan kepada keluarga atau hanya karena untuk mengejar wanita yang
didambakannya. Kamu tau sendiri kan? Teman kita yang satu ini sangat rentan
sakali dengan wanita, kepiawaiannya mengukir cinta tak seberutung keluesan tubuhnya
dalam menari. Lakon Arjuna yang dimainkannya dalam setiap pagelaran tari
universitas hanya fiktif blaka. Kisahnya begitu sayu untuk didongengkan, tapi
bagaimanapun kau harus mengetahuinya, karena kita adalah sahabat, tempat
berbagi suka duka, keharusan berduka saat satu diantara kita meneteskan air
mata dan keharusan bersuka saat menikmati canda tawa, benar kan?
Lakon
itu mulai diperankan Vendi saat tragedi tahun lalu terjadi, saat kesadaran
bersyukur kepada yang Esa mulai dia lupakan. Diambilnya kembali apa yang telah
diakui itu miliknya, materi, keberuntungan, cinta, kepercayaan orang tua, kewibawaan
diri, dan kesenangan. Seolah Tuhan memperingatkannya, atau sebagai proses
pendewasaan, yang paling membuatnya kalut adalah saat Vendi kehilangan cintanya,
cinta yang telah dirajutnya dalam kurun waktu yang tidak sebentar, ironisnya
lagi hal itu ditengarai oleh rasa bersalah kepada kedua orang tuanya, nampak
wajar karena waktu itu Vendi kehilangan motor saat dia sedang asik bermesraan
dengan gadis pujaannya, bapaknya yang kalut penuh amarah yang meledak-ledak
seketika itu melarang Vendi berpacaran, sepengetahuan orang tuanya Vendi anak
yang rajin, tekun dalam belajar dan tak neko-neko sperti remaja yang lain.
Namun anggapan itu tak sesuai dengan kenyataan, wajar lah lumrahnya remaja
butuh seorang pujaan hati, tempat mengadu ketika sepi, susah, sedih dan
tertawa. Mungkin kurangnya komunikasi antara Vendi dengan orang tuanya.
Selepas
kejadian yang malang menimpanya, kehidupan Vendi penuh dengan kegelisahan, jauh
dari ketenangan hati, selalu risau, terpuruk dan penuh kebingungan. Ketahuilah
sahabatku Yongki, tidakkah kau tau sifat teman kita yang satu ini adalah kurang
bisa peka terhadap sesuatu, mudah berubah pikiran dan kadang dia melakukan
hal-hal yang ceroboh. Dia selalu merasa iri ketika melihat teman-teman
kuliahnya bergandengan, bermesraan, bercumbu rayu dengan kekasih, dan
seakan-akan dia adalah orang yang tak punya daya tarik lagi bagi hawa. Acap
kali kewibawaan sebagai laki-laki dipertaruhkan demi mendapatkan pujaan hati.
Begitulah Vendi, tapi biar bagaimanapun dia tetap sahabatmu bukan? tetap sabat
kita, ingat lah itu.
Sahabatku
Yongki, kamu pasti penasaran bagaimana petualangan cintanya, lika-liku
perjuangannya, mungkin hal ini nampak tak menarik, tetapi jika kita
mendramatisir kisah ini dengan perasaan seorang sahabat, akan nampak geli,
sedikit konyol tapi penuh dengan duka, semua rasa bercampur aduk, mungkin
seperti tempura depan SMA kita dulu, duduk berjajar di gorong-gorong sekolah,
aku ingat sekali sedapnya tempura yang pedas dan cibiran-cibiran kecil buat
primadona sekolah kita.
Ah,
aku tak ingin bernostalgia terlalu jauh, aku ingin mendongengkan sahabat kita
Vendi. Ribuan bahkan jutaan trik telah dilakukan teman kita itu untuk
mendapatkan pujaan hati.
Dari
yang berambut lurus, berparas cantik, kulitnya kuning langsat, yakni adik kelas
satu jurusan di kampusnya. Mencoba mendekati, menampakkan paras penuh
kawibawaan sebagai senior, penuh perhatian, mencarikan kos-kosan, namun sebelum
dia mengungkapkan cintanya, gadis itu sudah ditikung temannya sendiri.
Kini
berpindah ke lain jurusan. Gaya berkenalan via facebook, berpura-pura meminta
nomor HP dengan dalih ingin memperbanyak teman, pendekatan berlangsung dua
bulan, namun setelah jauh mengenal gadis itu, mungkin Vendi lupa menanyainya,
apakah sudah punya pacar atau belum, saat vendi apel malam minggu di kos gadis
itu, vendi kembali dipaksa menghela nafas dalam-dalam karena gadis itu telah
diapelin cowoknya.
Vendi
tak urung menyerah, telah membuat janji bertemu dengan gadis yang bukan sesama
mahasiswa, cantik, tajir dan metropolis, seperti kaum ekspatriat dadakan,
nampak berkualitas tinggi. Di ajaknya gadis itu oleh Vendi jala-jalan,
berkeliling mal besar, mungkin teman kita satu ini terlalu khawatir, pikirannya
sudah sampai berbelanja banyak, menghabiskan badget bulanan, dan kembali lumpuh
sebelum berjalan.
Bahkan
teman kita dulu waktu SMP digasak juga, kau tak perlu kusebutkan namanya, aku
yakin sahabatku Yongki orang yang tanggap, bermodal reuni tahunan, mereka
saling melempar pandangan, menggencarkan sms setip hari dari yang sebelumnya
jarang dilakukan, mungkin satu tahun sekali, itupun sekedar tanya kabar, tapi sekarang
melebihi lima waktu sebagai muslim, dan berakhir tragis dalam finishing. Vendi kembali kalah cepat
dengan teman PPL gadis itu.
Sahabatku
Yongki, masih banyak kisah yang aku ingin ceritakan, tapi aku tak berani
mengutarakannya disini, iya, mungkin nanti saja jika kita bertemu, akan kita
kupas tuntas sandiwara sahabat kita yang satu ini,
Aku
tak mampu berfikir lagi, tatkala dia mendatangiku, meminta bantuan, dan mungkin
aku adalah orang yang ke-seratus yang telah dimintai bantuan, pendapat, curhat
ringan, dan nampak semua sudah menjadi rahasia umum, dalam kurun waktu yang
lama, tema-temannya mulai meremehkannya, sahabat kita dianggap plin plan, tidak
tegas, laki-laki yang lemah, bahkan predikat jomblo sepanjang masa sempat
disandangnya. Bergetar hatiku mengatahuinya, sebagai sahabat aku merasa
bersalah karena tak mampu membantunya untuk mendapatkan pujaan hati.
Vendi
tenggelam dalam kesendiriannya, meraba-raba kehidupannya yang terasa gelap,
tanpa cahaya, misteri cawan suci dalam dongeng Yunani itu dianggapnya sebagai
lelucon yang tak terbukti, bagaikan berjalan satu kaki, bertahun-tahun Vendi
menyimpan kotak hatinya dalam-dalam, mungkin inilah teka-teki tuhan, yang
menyimpan rahasia di waktu yang akan datang, berlatih bersyukur, sabar, dan
ber-ikhtiar.
Hujan
sore ini turun dengan derasnya, petir menyambar dan menggelegar, aku tetap termangu
di depan kaca, dari kejauhan nampak sayup-sayup sepasang manusia datang ke
kosku. Bermantel double, mengendarai kuda besi yang bermata jingga, nanar
tertutup deretan hujan yang berbaris, dan bayangan itu semakin mendekat,
kutatap orang itu dari balik jendela. Sontak aku terkejut, Vendi datang dengan
membawa gadis semampai, nampak cantik dengan rambut basah, celana jeans biru
kuyub selutut dan yang paling aku cermati adalah senyum merekah seorang sahabat
karib, seakan hujan sore ini tak berarti dengan paras bahagia yang dipancarkan
sahabat kita ini.
Dikenalakannya
padaku seorang gadis manis berparas mirip sekali dengan paras sahabat kita
Vendi, hampir kerut pipinya sama persis dengannya, jangutnya seperti janggut
dewi Kamaratih dalam tokoh pewayangan.
“ Perkenalakan, Ulie, belahan hati yang aku
temukan dari Pemalang, yang terbaik diantara yang baik, Tuhan mempertemukan
kita dari perkumpulan fans S07 di Pekalongan. Dia lah yang mau menerimaku apa
adanya, segala kurang dan lebihku, ini lah jawaban dari segala ikhtiarku, tak
sedikitpun aku akan menyia-nyiakan mutiara dunia ini. Aku sangat mencintainya
kawan.”
Sahabatku
Yongki, aku yakin kau akan turut bahagia mendengarnya, sama sepertiku saat aku
menatap wajah mereka yang penuh kasih sayang, berbagi cerita, berbagi duka dan
suka. kelihatannya harus kita jaga untuk selamanya. Ini lah dongeng kecil di
tengah hujan sore ini. Semoga ada dongeng-dongeng selanjutnya diantara kita
bertiga.
Jambrunk,
25 oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar