Minggu, 15 mei 2011 18:44
Surat Kepada Tuhan
Perut lapar, udara dingin, hati yang rapuh, beban yang semakin
berat, dan akupun tak boleh menyerah dengan keadaan. Semua hanya permainan
waktu yang nanti tiba pada waktunya, semua akan berubah. Perubahan itu yang nantinya
akan membuat diriku semakin lupa akan apa yang telah terjadi pada diri ini, sekarang. Kehidupan akan
selalu berputar menurut porosnya sampai nanti ku hembuskan nafas terakhir untuk
meninggalkan semua intrik-intrik duniawi.
Ketika janin dibentuk oleh dua insan yang tak tau
arti tanggungjawab dan kasih sayang. Ketika ujung kepala ditiupkan sebuah roh
yang nantinya akan dituntut untuk mengabdi dan menyembah kepada sang empuNya. Ketika tangis yang terdengar pertamakali muncul ditelinga dan seketika
itulah mereka tersenyum lebar diatas raungan tangisku.
(25 maret 1991 03:50) begitulah ujar mereka yang
mengaku telah memelihara dan menjaga jasad ini selama 9 bulan. Inilah titik
balik dimana sebuah nama yang diikrarkan di tengah-tengah seruan adzan n takbir
oleh mereka yang mengaku kekasih sang penguasa jagad. Eko romansah, sebuah nama yang banyak orang berkata nama tersebut
indah tetapi acapkali kusangkal dengan seribu alasan. Nama itu nantinya yang
akan terukir dalam batu nisan ketika aku sudah mulai diberi tangis oleh semua
keluarga terdekat, saat orang-orang berbondong-bodong datang dengan balutan
serba hitam. Secara semu, balutan itu Nampak dengan simpati yang penuh duka,
tetapi dengan jelas didalam balutan hitam itu terdapat banyak kemunafikan yang penuh
dusta. Dengan lugas aku berdiri melawan garis social yang sudah berabad-abad terterap dalam
otak mereka. Tapi apakah mereka pnh tau apa yang orang lain rasakan? apakah kau
yang seyogyanya sama dengan mereka tau apa yang sedang aku rasakan????
Ketika
mulut tak terucap maka takkan penah tau apa yang ada dalam hati ini, secarik lirik
ini tertuju untuk siapapun yang pernah tau dan mengenal diriku, lirikku untuk sahabatku, temanku, teman dekatku, keluargaku
dan semua yang belum tau dan ingin tau tentang aku.
Dulu, saat wajah polos dan suci mulai dilihat
ratusan bahkan ribuan pasang mata dan seketika itu terucap Tanya “mampukah
dengan wajah yang secerah ini sebanding dengan apa yang akan dirasakn nanti? Putihnya bola mata ini akankah seputih hatinya yang akan datang?
Hitamnya rambut ini akankah sehitam perbuatan dan tingkah lakunya?” dan kini tiba saatnya kalian
tau periode yang telah digariskan itu datang. Saat dimana raga ini tumbuh
ketika besar, jiwa yang semakin tergores roda dunia yang kejam. Dan ini lah yang
bisa aku tampilkan pada mereka. Aku tak jauh dari aku 20 tahun yang lalu.
Tangisku tetap ada ditengah-tengah keceriaan orang-orang. Tetap saja merasa
terasingkan dari mereka. Aku ingin mereka tau apa yang aku rasakan sekarang.
sampai suatu ketika saat kepala ini tertunduk di
atas sejadah berbalut sarung kusut yang terlalu lama tak pernah terpakai, aku
mengadu pada yang meniupkan nyawa di atas kepala ini..”ya tuhan, pantaskah aku
bertanya kepadamu? Kenapa kau ciptakan aku seperti ini? yang tak penah mengecap
arti kasih sayang dari mereka yang telah melahirkanku? Kenapa aku tak pernah
mendengar kata-kata indah yang dilantukan ketika masih kecil? Ya tuhan.. kenapa
kau beri aku beban berat dipundak ini, yang makin bertambah berat sampai saat
ini, dan kenapa kau tak izinkan aku untuk tertawa yang sebenarnya, dan hanya
tawa palsu yang kau sempatkan diwajahku selama ini. ya tuhan..jika nanti suatu
saat aku tak mampu lagi untuk memikul beban dipundak ini, aku mohon padaMu
janganlah berhenti untuk menyayangiku, karna hanya engaku lah yang sampai saat
ini benar2 menyayangiku. Tak ada seorang pun di dunia ini yang ada ketika aku
mulai tak kuat menahan rasa sakit dikepala yang amat berat, saat aku membungkuk
karena banyak beban yang ada dalam pundak ini, KECUALI Engaku maha pengasih
lagi maha penyayang. ya tuhan..q malu padaMu ketika aku sudah tak mampu menahan
airmata ini untuk tidak jatuh di hadapanMu. Tapi ini lah yang aku rasakan,
seorang hambaMu yang rapuh yang lelah terinjak kejamnya kehidupan. Jika ini
adalah kehendakmu, setidaknya berilah padaku ketegaran palsu yang bisa menutupi
diriku dari mereka. Aku ingin Nampak tak rapuh dihadapan meraka ya Tuhan .”….
persetan dengan cinta dan sayang. Aku bukan pemuja
cinta dan kasih yang dieluh-eluhkan banyak orang. Bagiku kehidupanku berbada
dengan kalian. Nasibku tak seindah kalian kawan, tak senikmat kamu, tak seenak
mereka. Kujauhkan rasa iri
ini pada kalian karna aku tau nilaiku.
Surat kepada Tuhan.
BalasHapus