Sabtu, 23 November 2013

Time is Money atau Money is Time?


Time is money atau money is time? Atau bisa kedua-duanya?

Diskusi ini masih berlanjut sampai diantara kita menemu kejenuhan berpikir dan berujung pada kembalinya tubuh di atas ranjang masing-masing. Diskusi kecil yang sering kita lakukan ketika senggang mulai datang ini mengajak kita semua untuk berpikir bagaimana esensi sebenarnya kalimat "time is money". 


Siapa bilang jika aktivitas tongkrong atau cangkruk (begitu masyarakat jawa timur menyebutnya) hanya sia-sia belaka. Sebuah diskusi itu dapat dilakukan dimana saja, tak terbatas waktu dan tempat. Dimana kita masih bisa bertemu dan berkumpul untuk barang sejenak maka diskusi lebih asik dilakukan daripada membicarakan kejelekan atau keburukan orang lain. Akhir-akhir ini, entah apa yang menyebabkan teman-teman jauh saya sering mengajak untuk menikmati kopi disepanjang malam. Mereka bersedia meluangkan waktu untuk menempuh perjalanan berkilo meter hanya untuk mengajak saya menikmati secangkir kopi yang syahdu. Wajar bila saya dengan sengaja memancing pembicaraan yang menarik untuk membunuh kejenuhan diantara kita jika hanya berdiam dan sibuk dengan gadged masing-masing. Teman lama yang datang dari Unisula dan Udinus ini memang suka untuk berdebat ringan dan berdiskusi memecahkan suatu permasalahan yang mengganjal di hati dan pikiran.

Mulai dari pertanyaan iseng "Apakah yang kita lakukan ini ada manfaatnya? Padahal setiap malam kita habiskan dengan hanya duduk untuk menikmati secangkir kopii. Apakah sabaiknya kita mengisi waktu ini dengan belajar atau membaca sesuatu sehingga waktu kita tidak terbuang dengan sia-sia. Coba kita kembali mengingat kata pepatah klasik Time is money!" Dan diantara kita sejenak terdiam dan berpikir.

"Time is money atau money is time?" Tanya salah satu teman yang sedang menyelesaikan setudinya di fakultas kedokteran Unisula. Penjelasan demi penjelasan mulai dipaparkan, dan begini hasilnya:
------
Secara epistimoloigis jika dilihat dari kajian struktur kalimat, time is money bisa dibalik dengan money is time. Seperti ketika kita sedang belajar kalimat pasif dalam pelajaran bahasa indonesia waktu duduk di bangku SMA. Kedudukan kata money sebagai subjek bisa diubah menjadi objek yang dikenai pekerjaan. Hal tersebut sah-sah saja untuk dibolak-balik struktur kalimatnya dengan mengenyahkan pergeseran makna yang terkandung di dalam kedua kalimat tersebut. Money is time dan time is money, kuduanya benar.

Namun, ketika kita sudah menginjak dalam pembahasan makna dan implementasi penggunaan kedua kalimat tersebut, sepertinya kita harus berpikir dua kali. Untuk mencapai makna sebenarnya yang pas, maka kita perlu melakukan kajian kalimat satu persatu. Kita mulai dengan kajian kalimat yang pertama, yaitu time is money. Dalam bahasa indonesia, secara harfiah arti kalimat tersebut berbunyi waktu adalah uang. Begitu kiranya ketika kita menilai waktu dengan selembar uang (rupiah). Namun, jika kita lebih dalam mengkaji makna dari pribahasa tersebut, maka makna yang lebih pas yaitu waktu adalah sesuatu yang berharga. Mengapa bisa begitu? Karena uang dalam masa kini mempunyai peran yang sangat penting, peran yang berharga dalam sebuah rotasi kehidupan. Apa sih yang didunia ini yang tidak berujung pada uang? Lha wong mau kencing aja kita harus bayar.

Kita kembali pada makna waktu adalah sesuatu yang berharga. Sekarang saya akan bertanya kepada anda, apa ukuruan sesuatu yang berharga menurut anda? Lalu sebegitu berharga kah sesuatu yang anda lakukan dengan sesuatu yang lain? Contoh kecilnya, jika belajar lebih berharga daripada nongkrong, maka time is money mengharuskan anda untuk meninggalkan aktivitas nongkrong dan kemudian memanfaatkan waktu ada itu dengan belajar. Lalu jika ada sebuah contoh yang lebih menyempitkan makna "berharga" dengan sebuah uang, maka kita akan mendapatkan kesimpulan yang berbeda yang contoh sebelumnya. Konteksnya begini, jika mencari uang lebih berharga dengan nongkrong, lalu waktu yang anda habiskan untuk melakukan aktivitas nongkrong bisa menjadi uang jika ada pihak yang mau membayar anda. Maka bisa ditarik kesimpulan dengan money is time yang awalnya time is money. Belum paham juga? Mari kita kaji kalimat kedua agar mampu memahami dengan baik.

Money is time, adalah sudut pandang seseorang yang menilai uang dari sebuah pengorbanan waktu. Secara harfiah, uang adalah waktu. Dimana kita mampu membeli waktu anda dengan beberapa nominal uang. Akan masuk akal jika kata money hanya disempitkan artinya menjadi uang. Contoh konkritnya seperti ini, jika saya mengajak anda untuk nongkrong padahal anda sedang belajar dan saya akan memberikan uang kepada anda jika anda mau meninggalkan aktivitas belajar dan pergi nongkrong. Maka waktu yang seharusnya anda pergunakan untuk belajar dengan tidak langsung sudah saya beli dengan uang, sehingga anda bergegas untuk pergi nongkrong. Contoh lain, ketika anda sedang menganggur tak ada kerjaan, dan saya membeli waktu anda dengan sejumlah uang untuk memijat badan saya, maka bisa dikatakan money is time. Uang untuk membeli waktu anda.

Time is money: menguangkan waktu (sudah jelas maknanya) dan time is money: mewaktukan uang. Semuanya bisa masuk akal jika mewaktukan uang adalah sebuah bentuk aktivitas menyimpan uang dalam sebuah bank atau tabungan. Dimana penggunaan uang diperlama jangka waktunya untuk masa yang akan datang dengan harapan nilai uang tersebut akan lebih berharga dan bertambah nilainya (berbunga). Semuanya bisa masuk akal dan dapat diterima dengan baik ketika kita melihatnya dengan sudut pandang tertentu. Namun, jika kita melihat dari kacamata umum, dimana time is money berati waktu adalah uang dan money is time berarti uang adalah waktu, kiranya ada yang mengganjal. Kita lihat saja ketika money is time itu diartikan dengan uang yang bisa menggantikan waktu. Padahal waktu itu bersifat continue dan searah, berputar sesuai porosnya dan tidak bisa dikembalikan atau ditarik mundur. Sedangkan uang bisa ditukarkan menjadi barang dan barang tersebut bisa kembali diuangkan. Jika uang menggantikan waktu, itu terdengar janggal karena waktu tidak bisa kembali, sekarang tidak bisa kembali seperti kemarin sedangkan uang bisa menjadi emas dan bisa dikembalikan dengan uang lagi (dijual).

So, kesimpulan yang dapat kita ambil adalah ketika time is money dan money is time keduanya bisa diterima dan masuk akal ketika kita menilai kalimat tersebut dari sudut pandang yang lebih sempit, dengan mengartikan money hanya semata-mata "uang" bukan "sesuatu yang berharga". Memang, uang adalah sesuatu yang berharga namun sesuatu yang berharga bukan selalu diidentikkan dengan uang. Dan time is money dengan money is time itu benar jika dilihat dari perubahan struktur katanya (kalimat pasif).
Akan tetapi jika kita melihat dari lingkup umum, maka time is money adalah benar dan masuk akal, namun money is time itu kurang tepat esensi dan implementasi maknanya kurang mempunyai cakupan luas. Hal ini dikarenakan money dimaknai dengan sesuatu yang berharga. Apapun dan bagaimanapun pendapat anda, itu tergantung dari dasar atau pijakan berpikir anda untuk menentukan prinsip masing-masing. Salam menulis.

Disusun oleh: Eko Romansah
20/11/2013

1 komentar: