Sabtu, 23 November 2013

Time is Money atau Money is Time?


Time is money atau money is time? Atau bisa kedua-duanya?

Diskusi ini masih berlanjut sampai diantara kita menemu kejenuhan berpikir dan berujung pada kembalinya tubuh di atas ranjang masing-masing. Diskusi kecil yang sering kita lakukan ketika senggang mulai datang ini mengajak kita semua untuk berpikir bagaimana esensi sebenarnya kalimat "time is money". 

Asal Usul Nama Kota Pati


Setelah melakukan perjalanan dan penelusuran dari berbagai peninggalan sejarah kota Pati baik banguna kuno, petilasan, dongeng, cerita rakyat, dan babad kab. Pati, saya sampai saat ini belum menemukan secara pasti asal muasal nama "Pati" dalam Kabupaten Pati. Dalam data yang dipublikasikan pemkab Pati hanya menunjukkan bagaimana proses dan sejarah pergantian nama dari Kabupaten Pesantenan menjadi Kabupaten Pati. Perpindahan tempat yang mulanya berada di Desa Kemiri menjadi di Desa Kaborongan oleh adipati Tambranagara karena lebih dianggap memiliki Fang Shui (hoki) lebih baik. Dalam babad tanah Pati dan juga dilakonkan dalam drama Yuyu Rumpung yang sering dilakonkan dalam pementasan ketoprak, tidak disebutkan sama sekali alasan kenapa daerah hasil pemberian kerajaan Majapahit itu bisa dinamakan Pati.
  

Camping di Gunung Ungaran


Camping adalah sebuah kegiatan seseorang untuk menikmati alam dan melatih kemandirian untuk hidup di luar rumah dengan mendirikan tenda. Mungkin deskripsi tersebut belum mampu untuk mewakili arti dan makna Camping sebenarnya. Namun apalah arti jika saya hanya ingin menuliskan apa yang sedang dan telah saya lakukan. Begitu kiranya saya menulis untuk mengabadikan petualangan saya selagi muda dan berbahaya.

Habis Kosong Berisi Penuh


Kosong, sungguh kosong.
Aku hidup sedang dunia kosong.
Pikiran kosong, tatapan kosong.
Hati kosong, jantung kosong.
Paru-paru kosong, hidung kosong.
Perut kosong, mulut kosong.
Dompet kosong, ATM kosong.
Kosong-kosong.

Penuh, sangat penuh.
Aku mati sedang dunia penuh.
Warnet penuh, cafe penuh.

Like Father Like Son


Like father like son? Who had made a bitch sentence like that? Remember that Allah is going to love you when you trust Him or not!

Babarapa waktu yang lalu saya menjumpai seseorang yang dengan sengaja atau tidak telah menunjukkan perhatiannya padaku dengan tikaman kata-kata. Kedatangan kalimat yang antah berantah dari mana asal mulanya, namun dari bahasanya berasal dari bahasa Inggris. "Like father like son" tertulis jelas dalam personal message BBM seorang teman lama. Mungkin dia sedang bungah dengan sosok ayahnya atau memang berusaha menjadi bijak untuk beberapa saat kebelakang. Dia menuliskan kalimat tersebut untuk umum, tapi berhubung saya membaca dan agak kebanyakan makan daging kambing, maka saya bergegas mengulasnya lewat tulisan saja. Bukan berati saya pengecut dan takut berdebat, tapi kali ini saya lebih baik sadar diri saja.

Hakikat Produktif


Produktif, satu kata yang memang sedang mengganjal di dalam otakku. Selepas subuh tadi aku mencoba untuk mengosongkan pikiran dan menyelami diri sendiri sedalam mungkin. Setidaknya aku mampu menilai seberapa besar progres yang sudah aku jalani selama ini. Tumbuh dan berkembang adalah sebuah keharusan diri untuk menemukan sesuatu yang sebelumnya tak terpikir dan terbayangkan. Alhasil, diantara kedamaian peluk embun dan matahari yang malu-malu menampakkan diri, aku menemu ujung perenungan, produktif.

Keputusan Bersuara Atas Nama Tuhan!


Keputusan-keputusan bersuara "Atas Nama Tuhan". Sangat menggelitik hati dan pikiran jika kita sudah mulai mendengar dan melihat di media televisi dalam mengambil sebuah keputusan atau memutuskan sesuatu dengan bertameng "Atas Nama Tuhan". Belum lepas dalam ingatan kita bagaimana masyarakat indonesia digemparkan dengan modus pengalihan issue masalah pemerintahan dengan sensasi "Demi Tuhan!". Masih ingatkah anda? Ketika tidak ada angin ribut, tidak ada puting beliung, dan tsunami sekalipun, tiba-tiba muncul di layar televisi anda dengan geger artis perihal penipuan praktek perdukunan. Untuk menjudge seseorang dengan menggunakan kalimat yang diambil dari unsur keagamaan atau ideologi ketuhanan tertentu sudah menjadi trend ampuh dalam menjatuhkan orang lain, pihak lain atau instansi-instansi sosial kemasyarakatan.

Orientasi Kehidupan Manusia


Orientasi kehidupan seseorang itu jelas sangat berbeda. Hal ini dilihat dari tataran umum yang terjadi pada sebuah masyarakat yang sedang menghadapi shocking of modernisation. Kita sedang tidak membicarakan hakikat kehidupan karena dalam tingkat tersebut semua permasalahan akan menjadi sama menuju pada titik materialis atau immaterialis. Orientasi (oriented) atau arah dan tujuan kehidupan seseorang ditentukan oleh situasi dan kondisi  lingkungan sosial, usia, latar belakang masa kanak-kanak, mimpi dan ambisi, buku-buku, serentetan ideologi dan teori, dan faktor-x yang menyebabkan seseorang mampu berubah (disorientation) dengan cepat. Faktor-x yang disebutkan ini bisa terdiri dari beberapa kejadian-kejadian yang diciptakan oleh sang Maha Goib (Tuhan) dan yang tidak mampu diprediksikan oleh manusia. 

Minggu, 22 September 2013

Superman is Dead

Jika harus bebicara seputar musik, maka hal yang paling disoroti adalah selera. Seperti menu makanan yang memiliki beraneka jenis dan beragam bentuk yang dikemas dengan suara yang mengandung nilai estetik tertentu. Begitulah musik yang merupakan menu makanan yang hampir setiap hari dikonsumsi setiap individu. Selera setiap individu pada saat-saat tertentu memilki kecenderungan berubah-ubah sesuai dengan mood atau kondisi perasaan masing-masing. Terkadang selera yang muncul dalam diri dapat diidentikan dengan karakter pribadi setiap individu tersebut. Kali ini tidak ada hubungan sama sekali dengan bentuk fisik yang

Jumat, 20 September 2013

Kata Mereka

Kata Paman, laki-laki itu tidak boleh cengeng. Harus tegar dan mampu membawa diri. Harus pintar dan berani mengambil keputusan. Aku terlahir untuk menjadi seorang pemimpin, sebagai laki-laki, untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Jika pemimpin sudah limbung lantas mau dikemankan makmum mereka. begitu kiranya aku saat ini.
Kata Bibi, jika dengan pena kmu bisa hidup, untuk apa dengan cangkul dan sabit? Tak usah hiraukan masa lalu dan anggap saja sebagai pedoman untuk memperbaiki diri. Jika orang tuamu tidak berpendidikan tinggi, itu bukan salah mereka. itu adalah murni dari takdir Tuhan, jika tidak, bayangkan mana ada orang yang tak mau berilmu tinggi untuk menaikkan harkat dan martabat dirinya.

Ibu Kami Kembali Pergi

Hari ini, Sabtu 21 September 2013, kami dipaksa untuk kembali merasa kehilangan sesuatu. Dini hari tadi, saya dan Dwi harus kembali pada formasi semula. Dimana sepantasnya keluarga dibangun dari beberapa unsur wajib dari kehadiran seorang ayah dan ibu, lalu kemudian beberapa anak yang semestinya menjadi berkah kekal dari Yang Maha Kuasa. Begitu kiranya sebuah keluarga dikatakan lengkap dalam proporsi umum masyarakat yang dibesarkan dari kebudayaan yang santun dan kaya akan nilai-nilai luhur.

Kamis, 19 September 2013

Aku dan Kesendirian

Diam-diam aku tersedu sedan. Orang lain adalah monster yang mengerikan, bagiku.
Aku berdiri sebagai entitas yang ada begitu saja.
Maka demikian aku ini snob. Hidup dari kontingensi-kontingensi yang menjemukan, tragis,dan membunuh. Substansi continue bergerak dlm ketiadaan.
Kesendirian adalah abadi. Tidak ada sama sekali yang mempengaruhi dan dipengaruhi.
Kesadaran menindak kesendirian itu nihilisme, seperti kematian Tuhan.
Setelah aku bersedu sedan, tulang-tulangku lebur dalam evaporasi yang hebat.
Lunglai, gontai, dalam nihilisme, absurditas, ada dan ketiadaan.

Senin, 16 September 2013

Siapkah untuk Menjadi Seorang Sarjana Sastra?



Entah bagaimana mulanya, pemikiran seperti ini terbesit di atas kepala yang mulai memanas dengan segala macam kesyahduan tugas akhir perkuliahan yang disebut Skripsi. Akan tetapi bukan itu yang akan saya bahas namun kesediaan mengemban gelar Sarjana Sastra yang sebagaimana mestinya, membuat otak saya berhenti bekerja barang sejenak. kesiapan untuk benar-benar siap menjadi seorang akademisi kesusastraan yang tidak hanya mencakup muatan sastra lokal namun sudah merambah pada sastra lintas benua, yaitu Sastra Prancis. sekalipun nantinya yang trsemat adalah gelar Sarjana Sastra dalam lingkup umum, akan tetapi rasa tanggung jawab yang berat sudah pasti berada pada pundak seorang mahasiswa yang menempuh studi selama lebih dari 4 tahun bergelut dengan kesusastraan Prancis.

Hari Kelahiranku



Aku terlahir pada tanggal 25 Maret 1991. Aku terlahir disebuah desa kecil yang merupakan pinggiran pantai sebelah utara pulau Jawa, yaitu kota Pati. Kota yang menjadi bagian dari wilayah Jawa Tengah  adalah kota kecil yang memang menjadi karesidenan untuk beberapa kota disekitarnya. Aku terlahir di desa Bumi Harjo, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati. Aku terlahir dari hasil pernikahan ayah dan ibuku yang bernama ayah Sujono dan Ibu Tasripah. Mereka dipertemukan tuhan pada tahun 1989. Ayahku berasal dari desa Bumi Harjo dan Ibuku berasal dari desa Tawang Rejo, sebuah desa yang letaknya bersebelahan dengan desa ayahku. Diantara kedua desa tersebut hanya dipisahkan oleh bentang sawah yang berjarak kurang lebih 2km.

Dear Diary




Dear diary

Perjalanan hidup memang tak seindah yang kita bayangkan. Tak semanis yang kita rasakan seperti ketika kita sedang menikmati sebotol madu yang diambil langsung dari kerajaan lebah. Tidak ada seorangpun yang mampu mengetahui apalagi memprediksi apa-apa yang akan kita alami. Peristiwa demi peristiwa mengalir begitu indah dengan kejutan batin dan bahkan menohok sampai dalam relung-relung hati.

Rabu, 04 September 2013

Sahur Terakhir


Ramdhan ini adalah ramadan yang penuh dengan simbah tangis antara kebahagiaan dan haru biru kepedihan. Bagaimana tidak jika penantian yang sekian lama dinanti olehku dan saudara perempuanku. Penantian yang begitu kering akan dahaga kasih sayang orang tua. Sebagimana mestinya yang kita berdua dapatkan selayaknya keluarga bahagia namun Tuhanku menidakkan. Tuhanku adalah Tuhan kita penentu segala kejadian yang telah berlalu dan akan terjadi. Akan tetapi kepedihan kita bukan kepedihanmu atau juga kepedihan kalian. Dahaga kami bukan seperti dahaga kalian, yang mungkin bisa lebih kering kerontang daripada kami. Kesyukuran kami jika dinilai dari titik nol maka kesyukuran kami berada pada titik minus.

Aqiqoh untuk Romansah


Aku berterus terang saat menulis artikel ini sedang mengalami lupa yang memalukan. Bagaimana tidak kalau saya lupa akan arti Aqiqoh yang pada hari ini keluarga kami melaksanakan proses yang bisa dikatakan sebagai pemalakan kepada orang tua yang disahkan oleh agama. Urusan palak-memalak yang meminta orangtua dua ekor kambing sebagai pemenuh kewajiban memiliki anak laki-laki seperti saya. Kali ini saya tidak ingin membahas tentang emansipasi wanita yang menginginkan kesetaraan hak akan 1 ekor kambing yang hanya ia dapatkan dari orang tua. Tidak ada alasan pasti dari ketentuan agama mengapa jumlah kambing yang dikorbankan berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Air Mata Kebahagiaan Adalah Sebenar-benarnya Kebahagiaan


Di hari terakhir puasa ini aku terus menulis. Entah bagaimana mulanya aku tak tahu jemari tangan dengan cepat mentransformasikan perintah dari gerakan Neuron-neuron otak menjadi tulisan. Mungkin sebagai tanda dimana aku sedang bungah-bungahnya atau memang aku teramat bungah. Sejak sekarang aku akan benar-benar paham yang sebetulnya terjadi bahwa air mata yang jatuh di setiap pelupuk mata adalah sama. Iya memang benar adanya, air mata yang dijatuhkan untuk sebuah kepedihan dan kebahagiaan ada sama kuatnya. Kebanyakan orang menganggap bahwa airmata kepedihan lebih sangat mengiris perasaan atau lebih mengena dalam hati karena sebab musabab kedatangan air mata itu dari sesuatu yang menyesakkan hati. Manusia akan lebih mengeluh dan memprotes tentang datangnya kabar kepedihan yang menimbulkan jatuhnya air mata. Hal ini Nampak wajar adanya karena kesediaan seseorang akan kepasrahan kepada Sang Pencipta sangat rendah. Rasa syukur yang seharusnya menjadi pijakan utama dalam menjalani cobaan atau ujian kepedihan yang datang tidak ditempatkan pada posisi sebagaimana mestinya.

Sandiwara Sangkan Paraning Dumadi


Masa transisi dimana seseorang beradaptasi dengan suatu lingkungan baru yang jauh berbeda membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Apalagi yang berurusan dengan seluruh kehidupan seseorang (Habitual action) yang memungkinkan mereka untuk mengubah seluruh apa yang sudah mereka tekuni selama bertahun-tahun. Tidak perlu yang muluk-muluk, cukup seperti masa dimana seorang mahasiswa seperti saya ini yang mudik ke kampung halaman dan menghabiskan waktu bermingu-minggu hanya untuk sekadar bercengkrama dengan sanak keluarga. Sekalipun nampaknya tidak berpengaruh besar sebagai penentu masa depan namun katidaknyamanan yang saya rasakan mulai menggerogoti pikriran dan ketenangan hati. Bagaimana tidak jika hampir setiap masyarakat memandang dengan asumsi yang sebegitu tinggi sesuai dengan apa yang mereka inginkan dari seorang mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agent of change.

Salam dalam konteks beragama dan berketuhanan


Salam berarti bagaimana kita memaknai esensi diri dalam kedamaian dan keselamatan atas rahmat Tuhan yang terpuji atas segala sesuatu yang bersinggungan denganNya. Salam berarti islam yang menyediakan diri untuk berpasrah sepenuhnya atas kehendak Tuhan yang maha Rohman dan Rohim. Salam berarti mendamaikan diri dalam kehangatan cinta kasih islam sebagi jalan menuju ketuhanan. Salam tidak sama sekali mengeraskan diri dengan sekitar, masyarakat dalam kemajemukan, kemajuan jaman yang bertentangan dengan idelogi keagamaan, apalagi dengan sesama pemeluk islam yang beda pendapat. Jika memang merespon atau menjawab keberadaan salam adalah wajib atau sebuah keharusan bagi sesama pemeluk islam maka kewajiban menjawab harus dengan kedamaian dan cinta bukan dengan kekerasan, pukulan, pengrusakan, penjarahan dll.

Selasa, 30 Juli 2013

Gagal Jadi Mahasiswa atau Keteraturan Pola Hidup


Dinamika perubahan pola hidup pasti dialami bagi setiap individu. Proses perubahan yang seperti putaran roda akan terus berjalan sesuai pada porosnya. Perubahan ini meliputi semua kabiasaan yang terus berubah dari hari ke hari dengan arus maju. Yang dimaksudkan disini adalah bagaimana pola hidup manusia yang berkembang dari masa ke masa bergerak dari titik nol dan akan kembali ketitik nol kembali. Seperti bumi yang berputar searah mengelilingi matahari, begitulah kehidupan manusia. Dari terang menuju gelap dan akan terbit terang kembali, dari kelahiran menuju kematian dan akan datang kelahiran kembali, seperti datangnya siang yang ditelan malam dan siang akan menampakkan kembali. Begitulah pola hidup yang semestinya tidak akan pernah stagnan tanpa gerak laju perubahan. Bisa saja yang seperti ini dikatakan sebagai sebuah proses yang akan menuju  pada satu titik kembali atau memang berhenti di tengah-tengah ayang dinamakan kosong.
Berfilsafat bukan berati memaksakan kemustahilan menjadi kebenaran namun mencari kebenaran sesuai dengan akal pikiran manusia. Hal-hal yang mendasar mengenai struktur kehidupan mulai dideskripsikan dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

Adalah Membaca


Masih seputar membaca. Istilah membaca dapat mencakup pengertian yang sangat luas sekali. Untuk merumuskan pengertian membaca sangat sulit karena ragam kegiatan membaca berbeda-beda. Seperti halnya pengertian membaca dari proses kegiatan membaca, bahan atau materi bacaan, dan tujuan membaca itu sendiri.
Bisa dikatakan bahwa membaca adalah mereaksi pengamatan tehadap huruf yang merupakan representasi bunyi ujaran atau tanda penulisan yang lainnya. Dari hasil mereaksi tersebut, kemudian terjadi rekognisi, yakni pengenalan bentuk dalam kaitannya dengan makna yang dikandung serta pemahaman keseluruhan yang masih harus melewati tahapan-tahapan tertentu. Membaca merupakan suatu bentuk kegiatan yang kompleks yang melibatkan fisik, mental, pengalaman, dan pengetahuan. Dalam proses membaca terjadi beberapa tahapan yang saling berurutan.  Mulai dari pengamatan teks, memahami hubungan antar teks , memahami makna kata, mendalami pemahaman, dan evaluasi untuk menyusun kesimpulan.

Budaya Menulis yang Rendah


Menulis adalah bentuk kegiatan kedua yang harus dilakukan setelah membaca. Seperti yang dilakukan kebanyakan orang menulis untuk menuangkan apa yang ada dalam pikiran kita kedalam bentuk aksara. Menulis merupakan bentuk intepretasi buah pikiran selain berbicara. Prosesnya sederhana saja, dari membaca kemudian input materi bacaan masuk kedalam otak dan kemudian diolah dalam otak melalui serangkaian proses yang kemudian diaktulisasikan lewat bahasa oral, bahasa tulisan atau cukup disimpan dalam ingatan si pembaca. Input yang masuk dan bersarang dalam otak lebih baik dituangkan dalam bentuk tulisan atau lesan. Layaknya sebuah pancuran air, agar tidak penuh dan tumpah maka bak air sebaiknya dialirkan dalam lubang pancuran yang mengalir menuju wadah yang lainnya. Begitu pula kerja otak kita yang semakin lama semakin banyak otak menampung input yang jika tidak dialirkan dalam bentuk tulisan atau lesan maka yang terjadi adalah lupa.

Skripsi di Mata Mahasiswa Sekarang

Departemen pendidikan Universitas yang nantinya akan mengahasilkan lulusanyang mendapatkan gelar Sarjana memang menjadi topik yang tak akan habis untuk diperbincangkan. Jenjang sekolah tinggi yang ditempuh setelah program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia memang tidak diwajibkan. Pemerintah hanya mewajibkan untuk bersekolah sampai jenjang sekolah menengah atas atau SMA. Di Indonesia, lulusan SMA tidak mendapatkan gelar apapun seperti yang diberlakukan di negara-negara lain. Rata-rata lulusan sekolah menengah atas tidak mendpatkan tempat yang layak dalam dunia kerja di Republik ini.Hal ini disebabkan oleh rendahnya negara untuk menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat yang memang tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk Indonesia. kebanyakan, tenaga-tenaga kerja Indonesia di isi oleh para mereka yang mempunyai ijazah Tingkat Univeristas, entah itu yang bergelar Diploma, S1, S2, dsb.

Jumat, 26 Juli 2013

Iqro Lebih dari Sekedar Membaca



Membaca  adalah suatu bentuk aktifitas mengejakan aksara. Entah bagaimana tepatnya, namun membaca mempunyai peranan penting bagi perkembangan diri. Apapun meteri yang dibaca secara langsung atau tidak langsung memberikan pengaruh akan cara berpikir seseorang. Menurut saya, aktifitas membaca pasti membawa hal positif bagi siapapun tanpa melihat apa yang dia baca. Logikanya, perubahan sikap dan pola berpikir seseorang setelah membaca apapun tergantung individu masing-masing. Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah dengan membaca pasti akan bermanfaat bagi pembaca dalam sikon yang tak terprediksi,  baik dalam waktu dekat setelah melakukan aktifitas membaca atau dalam jangka panjang yang akan datang.

Budaya Lintas Bahasa



Budaya memiliki definisi yang berbagai-bagai. Konteks budaya yang tidak disejajarkan dengan kajian ilmiah maka akan mengalami polarisasi makna yang hampir tidak mempunyai batasan-batasan. Sekalipun jika harus dipaksakan, untuk menilik makna dan definisi budaya itu sendiri harus melalui landasan berpikir yang kompleks. Seperti halnya jika budaya didefinisikan secara epistimlogis ketatabahasaan maka budaya memiliki makna yang hampir sama dengan definisi peradaban. Logikanya antara budaya dan peradaban adalah samar. Semacam bayi lahir kembar yang waktu lahirnya bergantian barang 20 atau 30 menit. Mereka memiliki paras dan bentuk fisik yang saling mengekor namun secara naluriah memiliki ruang gerak yang bisa terpaut jauh.

Senin, 22 Juli 2013

Satu Jam Separuh Siang

Satu jam setelah separuh siang
Setelah separuh menunggu, sebelum datang.
Satu jam setelah bedug seruan menjelang
Setelah seruan azan membawa berita gamang.

Aku berseru dalam deru-deru terik
Membuncah menggebrak pelik
Dalam gemuruh adalah kosong
Dalam kosong berisi hampa, senyap
Sunyi menggelincir arus-arus darah
Dalam kehidupan yang tak hidup.

Kamis, 18 Juli 2013

Padang Mbulan Punya Cerita

Diantara Padang Mbulan, kopi-kopi bercakap masing-masing dan nampak asing,
Diantara Padang Mbulan, kartu-kartu saling membanting di atas meja yang bising,
Diantara Padang Mbulan, orang-orang bersalaman dan berkenalan,
Diantara Padang Mbulan, lalu salah pergaulan.

ini jaman, jaman batu.
manusia semakin membatu, mengeras dan semakin bringas.
ini jaman, jaman Asu
manusia kencing sembarangan, berjilatan tak tau aturan, sembarangan.
ini jaman, jaman purba
persenggamaan ada dimana-mana, dan rata-rata hamil muda.
ini jaman, jaman palsu
jika ndak meniru dikata wagu, begitu Jawanya.

Tips belajar sastra

Untuk menjadi anak sastra, sama sekali tidak membutuhkan bakat yang sudah diberikan Tuhan kepada kita. Pada dasarnya setiap individu atau manusia memiliki kemampuan untuk megembangkan setiap potensi yang dimilikinya. Baik potensi yang telah nampak dan disadari oleh pribadi masing-masing atau potensi yang secara tidak langsung belum diketahui.
Sastra adalah keseluruhan ungkapan perasaan yang dimiliki manusia yang dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Hal-hal yang mengenai ungkapan perasaan merupakan bentuk dari sastra itu sendiri. Namun, pada umumnya manusia kurang begitu menyadari bahwa dunia sastra adalah dunia dimana seluruh aktifitas manusia terealisaikan dalam bentuk karya sastra. seperti yang telah dijelaskan oleh beberapa teoritikus Sastra, bahwa karya sastra dibagi menjadi dua bentuk yaitu karya sastra lisan dan karya sastra tulisan.

Apresiasi Karya Sastra Novel yang Berjudul “La Nuit Sacrée” karya Tahar Ben Jelloun



1.      Autobiografi Tahar Ben Jelloun

Tahar Ben Jelloun lahir di kota Fes, Marocco, pada tanggal 1 Desember 1944. Dia adalah seorang penulis Marroco. Sekalipun Ben Jelloun berbahasa Arab sebagai bahasa Ibu, namun ia menggunakan bahasa Prancis pada setiap karya-karyanya.
            Ben Joullen menempuh pendidikan di Lycée Regnault (setarap dengan SMA) di kota Tangier, Marocco, sampai Ia usia 18 tahun. Ben Joullen meneruskan pendidikannya di bidang Ilmu Filsafat pada Universitas Muhammed V di Rabat. Disitulah Taher membuat puisi untuk pertamakalinya yang berjudul Hommes Sous Linceul de Slience, 1971.

Tanda


Aku hidup dengan tanda
Gerak-suara-visual dan kesemuanya
Menjadi Aku, tanda.

Dari tanda, aku dapat apa-apa,
Dari tanda, pun aku tak mampu apa
Dari tanda, segala kemungkinan bisa
Dari tanda, penyamun binasa
Dari tanda, sang perawan melontar gaya

Keris Sudra


"Sayang, tak inginkah kau buatkan aku secangkir kopi dan sepotong roti di meja?"
"Suamiku terkasih, lepas subuh tadi telah kusiapkan sambal goreng kentang kesukaanmu."
"Sayang, tak seperti biasanya kau memasak pagi-pagi untukku, ada apa?"
"Tuhan memberi kabar baik untuk kita, aku diangkat menjadi Asisten Manager, sayang. Selama 3 hari kedepan Beliau memintaku menemaninya untuk General Meeting di Lion."
"Kau tak pulang nantinya? Kau akan menginap dimana?"
"Suamiku, tenanglah! Aku bisa jaga diri baik-baik."
"Istriku, kau tahu siapa Managermu itu? Ia adalah sahabatku dulu waktu aku duduk dibangku SMA."
"Kenapa kau tak bilang dari dulu sayang, kenapa? Tahu begitu aku tak perlu susah-susah untuk membangun karirku."
"Tidak apa-apa!" Ujar Iwan kepada istrinya sambil menatap jendela apartemen yang dihujani salju.

Rabu, 05 Juni 2013

Jangan Panggil Aku, Kelinci.


 
Diam-diam aku kelinci.
Bagaimana bisa? Namaku bukan Kelinci.

Aku tak gemar sayur wortel dan aku pakai kacamata.
Aku tidak juga tinggal di gang Kelinci, seperti yang ada dicerita.
Gigiku rata, tak panjang telinga, lantas bagaimana bisa?

Bukan karena aku lucu, lalu kau panggil aku kelinci;
Bukan karena aku pemalu, lalu kau paksa aku jadi kelinci.
Benar memang, aku tak suka sate kelinci, namun tak berarti aku tak mau makan bangsa sendiri.
Nyata memang, Aku tak makan rumput, karena aku makan nasi.

Rumput tetangga maksutnya?
Ah, kau ini ada-ada saja.

Atas nama Tuhan yang maha Pengasih Lagi pula Penyayang




Kepada
Yang termuliakan
Pencipta jagad raya
Lagi isinya.

Tuhanku, maha pemberi segalanya, yang lebih menyayangi insan terkutuk di muka bumi ini, yang berada dalam ketiadaan. Murkai Aku, pemuji yang kotor, yang jauh dari rasa kecukupan atas cumbu mesraMu, yang berpikir bangsat dalam ketegaran.
Demi langit dan bumi, akan Aku tuliskan pada selembar putih, persekutuan picik antara Kau dan Aku. Bukti sejarah cipta dan rasa, antara tangis dan tawa, tak terkecuali kejujuran dan kemunafikan. Semoga Kau yang maha tidak, tidur dan tuli, yang selalu melihat tanpa menggunjing di sana sini.

Fenomena Entahlah

Fenomena entahlah. Kalo terus begini, manusia kenyang makan teknologi. Tak perlu nasi, lauk, dan sayur dan penjual makanan perlahan miskin permanen. Kenapa tidak? Orang makan lauk BBM, sayur Watap, minuman cap FB dan twitter. Sejogjanya, tangan kanan memegang sendok dan tangan kiri pegang krupuk. Tapi, apa jadinya bila krupuk bermerk Samsung?
"Mbak, minumnya apa?"
..Senyum..
"Mbak, permisi mau ambil sambel."
..Senyum..
"Habisnya, 2,5 juta mbak!"
"Apa?"
"Lauknya tadi kan pake Samsung!"

Sabuk Kiai

Masih seputar sang Kiai, jadi teringat pada guru Bahasa Indonesia saya dulu waktu SMA, Dandang A Dahlan. Penulis novel Menyemai Cinta dan Sabuk Kiai yang memenangkan Sayembara Novel Islami Depag tahun 2004 ini, memang benar-benar pantas untuk diteladani. Malam ini, diantara koleksi Selilit Sang Kiai (Cak Nun) dan Kiai Nyentrik Abdurahman Wahid (Sobary), saya lebih ingin mengenang-ngenang penulis Sabuk Kiai. Maha Guru yang kami duga mewarisi ilmu Laduni itu, memang tiada banding. Datang mengajar, masuk kelas tanpa membaca buku apapun dan yang menjadi kekhasan beliau adalah sebatang rokok Bentol Biru yang selalu melekat ditangan kanan dan bahkan mengajarpun Beliau merokok. Bukan tentang seputar ketatabahasaan indonesia yang ditanyakan beliau saat mengajar, namun pertanyaan yang selalu membuat kita berdebar sekaligus beriang tawa.

Antara Sang pencerah dan Sang Kiai

Menurut cerita Cak Nun, ketika Gus Dur ditanya tentang perbedaan Mohammadyah dan NU, Beliau berkata begini: Sebetulnya gak ada bedanya, kalau di Mohammadyah itu ada Aminn Rois kalau di NU ada Rois Am. Kalau Muhammadyah itu sholat subuhnya 7 rakaat, nah baru bisa dikatakan perbeda.

Saya juga teringat penggalan lirik Syi'ran Gus Dur sekalipun ada sumber yang menuliskan bahwa itu bukan karya beliau "sering ngafirke marang Kiai, yen iseh kotor ati akale".

-(Fenomena entahlah) -
Jika Film Sang Pencerah (2010) garapan Hanung Bramantio yang mengangangkat cerita kolosal sosok tokoh KH. Ahmad Dahlan dengan latar sosial Mohammadyah, lalu kenapa seolah-olah warga NU tak mau tertinggal dengan merilis Film Sang Kiai (2013) yang mengangkat sosok KH. Hasyim Asyari?
Adapun adanya pertimbangan-pertimbangan yang lain, tapi saya tetap menganggap adanya persaingan, ketidak harmonisan, dan bahkan perselisihan diantara kedua belah pihak.
Dan jika saya boleh menduga, nanti akan rilis juga Film yang berjudul Senggama Para Kiai, sebagai jalur tengah yang mengangkat fenomena Kiai jaman sekarang dan sebagai kritik fenomena kiai partai politik. Mungkin, Ram Punjambi lebih cocok kelihatannya jika diberi tugas untuk hal itu karena lebih sering membuat Film Pocong KFC (dada&paha). Hehe

Rabu, 22 Mei 2013

Suram


"Tak tik tak tik tak tik tak tik" begitu bunyi jam bundar dinding kamar, jika waktu diartikan sebagai taktik atau stretegi dan tiktak sebagai ketangkasan, maka benarlah esensi bunyi dari jam tersebut. Lantas apa jadinya jika jam tangan saya berbunyi "cak cek cek cak cek"? Hampir tidak ada esensi yang bisa dikupas dari suaranya, bahkan jika dipaksakan bermakna maka yang terjadi adalah kemalangan, pi cak pi cek pi cak pi cek.

Pelajar Akhir Bulan

Gelung terus gelung terus urai, sibak terus sibak terus ikat, lempar terus lempar terus silak, tiris terus tiris terus sisir. Disisir, disilak, diikat, terus disanggul.

Rambut gondorong, orang bilang rambutnya yang tak bermoral dan berpendidikan, ada juga yang mengatakan tak rapi dan menyeramkan, kaum "keras" menghakimi sebagai perbuatan dosa, yang serupa wanita.
Dan saya lebih tertarik yang bilang seperti ini: dengan jambang dan rambut panjang, anda nampak seperti yang digantung di Jerusalem sana, jika disanggul nampak seperti kader parpol yang sering bilang "restorasi!", jika dicukur dan disanggul anda kembali kesebuah jaman kerajaan yang hampir seluruh masyarakat laki2 dan perempuan bersanggul seperti membawa stupa diatas kepala anda dan Gajah Mada sebagai patihnya.
Bagi saya sendiri, rambut gondrong yang bersanggul atau tidak, hanya sebatas keterpaksaan memilih 500 rupiah atau 5000 rupiah, Rejo*ce atau pangkas rambut Madura!


27 Maret 2013

Photografi dan Fenomenologi


Jika fotografi dimasukkan kedalam ranah seni, maka gambar yang mengandung fokus objek diharapkan mengandung nilai estetik, teknik, dll. Jika Photografi mengambil fokus "Human Exploration" sudah barang tentu photografer harus menggali sedalam-dalamnya nilai dan makna untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setidaknya ada dua tipe pengambilan gambar, yaitu dengan dilakukan orang lain atau dilakukan sendiri dan juga hasil gambar yang diperoleh, diperuntukkan sebagai konsumsi pribadi atau konsumsi umum (baik komersial maupun nonkomersial). Berbagai cara untuk mempublikasikan gambar sebagai seni photografi, baik media cetak ataupun social network (facebook, twitter, kaskus, dll).

Aku

Aku substansi tertinggi dari keberadaanku, yang ada begitu saja, kebebasanku mutlak, tuhan itu hanya perpanjangan pemikiranku, selebihnya, penentu masa yang akan datang adalah aku, tidak ada satupun (orang) yang bisa campurtangan pada kebebasan menindak untuk diriku sendiri, aku ada untuk diriku sendiri, setelahnya, aku ada untuk orang lain!

29 Maret 2013

Hans Kopi

Klutak klutik klutak klutik
Ada yang bicara pilitik
Ada yang bicara bisnis
Ada yang sorak sorai
Klutak klutik klutak klutik
Ada yang sedang mesra
Ada yang sedang cemburu
Ada yang sedang berburu
Klutak klutik klutak klutik
#Ada yang nelen sendok&gelas!#


27 April 2013

Bayanganku kepada Tuhan

Bayangan saya, Tuhan itu tidak seperti ketika takbirotulikhrom dan melafalkan Al-Fatekhah dengan fasih, tidak pula hening ketika Nyepi, bahkan tidak seperti lagunya Pambers yang berjudul "Tuhan", apalagi yang seperti dituliskan di buku-buku.
Bayangan saya, Tuhan itu seperti menghisap Superfine Clove Cigarrete bakda "wareg mangan sego anget"!

Celoteh Desaku

Pada jaman dulu kala, tersiar kabar pedukuhan "Dangklik" desa Tawangrejo didirikan oleh syech Subakir, ulama besar tanah Jawa dan bagian dari Wali Songo. Filosofi nama "Dangklik" berasal dari kata "Sendange Mengklik-mengklik" (sumber air yang deras).
Lantas bagaimana jika agak "diplintir" sedikit maknanya, disesuaikan dengan kekinian? Jika "Dangklik" diuraikan menjadi "kendange kewolak-walik", pasti tak akan menghasilkan bunyi harmoni, ketika ditabuh satu berbunyi satu mati dan begitu seterusnya.
Lebih ironi lagi, jika tidak saja agak "dplintir" lagi, namun maknanya sudah "dipencet terus diplintir terus ditarik" maka yang terjadi adalah "Dangklik" sebagai "selendange ora tau balik", yang membawa malapetaka seperti dalam serat Kekawin Arjuna Wiwaha.
Heuheuheuheu


31 Maret 2013

Ayah dan Iwan Fals

Dulu "beliau" penikmat berat syair-syair sang maestro, satu tempo dimana sengaja dibawakan sekeping CD hitam merona, merahnya mewarnai kelopak menghentak relung-relung petang, banjir keringat mata adalah tanda kerapuhan mulai mengusik kesendirian sang pejantan. Dan beginilah adanya jika diejakan:
********
Aku adalah lelaki tengah malam
Ayahku harimau ibuku ular
Aku dijuluki orang sisa sisa
Sebab kerap merintih kerap menjerit

Temanku gitar temanku lagu
Nyanyikan tangis marah dan cinta
Temanku niat temanku semangat
Yang kian hari kian berkarat semakin berkarat

Sapi Jantan

Pengemis itu, tidak pernah menghabiskan waktu disepertiga malamnya untuk mengemis keadilan kepada Tuhannya, tak pernah bersimpuh diatas sejadah palsu, tidak pula merengek dibawah salib kristus, jauh dari warna-warni sesaji pura, apalagi hening dihadapan patung budha. Pengemis itu, selalu menghabiskan waktu untuk merekahkan senyuman agung diantara ratapan dosa, atau bahkan menghina manusia diantara lelap-lelap mereka. Karena, jika nanti telah datang surya, pengemis kembali dalam kutukan abadinya, meratap dalam hinaan manusia yang menuhankan harta.
Pengemis itu, bukan pemalas yang enggan bekerja, bukan pula yang telah berputus asa, apalagi yang berlindung dibawah ketidakmampuan diri atas kelumpuhan jasmani.
Pengemis itu, sebaik-baiknya penguji kesediaan untuk memberi, sebenar-benarnya diadakan Tuhan sebagai penyeimbang.

kata-kata untuk calon wakil terpilih No. 2

Aku berlindung atas nama harta dan tahta, atas nama kehendak yang dikehendakkan. Aku berketuhanan dan sekaligus menuhankan. Aku bersabda maka mereka tak mampu apa-apa, aku berkelana maka sekutuku berpura-pura, aku berburu maka sebaris perawan menyumbat kelaminku.
Aku adalah raja dari para brahmana, kasta dari kaum yang terpelajar, yang terdidik dan akan sekaligus menjadi pendidik. Aku penguasa dari segala nilai dan norma, aku adalah maha guru dari jajaran guru dan calon guru. Aku tak perdulikan kualitas dan kuantitasku! Karena mereka berada dibawah kehormatan kaki-kakiku.

Umat Siliti

Umat siliti adalah umat yang suka pada tempat yang tersembunyi, merasa malu jika identitasnya diketahui orang lain, berada diantara garis tengah fiqih dan akhlaq, sering ditindih dan dikentuti, tapi umat Siliti menyimpan rahasia dan pesona dua sisi.

15 Mei 2013

Dihujani Hujan

Jika tetes hujan yang turun malam sedang bersholawat untuk bulan rajab dan maulid nabi, yang sepantasnya bergema di Majelis Ta'lim atau masjid-masjid. Lantas apa yang masuk dalam celanaku ini? Setidaknya para malaikat yang bersholawat lewat titik hujan di bumi Semarang kali ini tidak lancang, masuk-masuk celana bagian dalam. SiaL.

*dihujaniHujan, 17 Mei 2013

Cadas Tingkat Makrifat

Setelah saya amati, genre musik JKT48 yang merupakan duplikat dari AKB48 adalah Cadas tingkat Makrifat. Dimana kata Makrifat disini saya artikan dengan kembali ketitik noL, dan merupakan Genre musik cadas tingkat tinggi yang terkadang bersimpangan dengan cadas syariat (hukum-hukum atau aturan musik cadas).

Fatanah versi Sujiwo Tejo

Wanita itu merupakan sesuatu yang kompleks, wanita itu seperti belut, sekalipun kita telah menikmati seluruh lekuk tubuhnya tetap saja sukmanya luput dari genggaman. Laki-laki yang Ngencuknya menggunakan harta, dia sudah bukan laki-laki.

Wartawan indonesia terlalu terbuai untuk memberitakan bahwa dibalik wanita disekeliling Fatanah itu hanya berdasarkan uang, namun wartawan tidak pernah menuliskan bahwa barangkali dibalik wanita yang mengelilingi Fatanah dikarenakan faktor cinta, romantisme. Barangkali Fatanah pandai memberikan cinta, merayu dalam nuansa religiusitas,dll. Yang terjadi sekarang, rakyat indonesia mempunyai asumsi bahwa untuk mendapatkan wanita tidak lagi dengan cinta namun dengan harta. Itu lah kesalahan wartawan yang bisa menghambat revolusi yang ada di republik ini karena revolusi hanya bisa dibangun dengan cinta.
(Sujiwotejo, ILC)