Sabtu, 23 November 2013

Camping di Gunung Ungaran


Camping adalah sebuah kegiatan seseorang untuk menikmati alam dan melatih kemandirian untuk hidup di luar rumah dengan mendirikan tenda. Mungkin deskripsi tersebut belum mampu untuk mewakili arti dan makna Camping sebenarnya. Namun apalah arti jika saya hanya ingin menuliskan apa yang sedang dan telah saya lakukan. Begitu kiranya saya menulis untuk mengabadikan petualangan saya selagi muda dan berbahaya.


Petang lalu, sama seperti saat dimana saya sedang menuliskan ini, saya dan bersama rombongan Jalan-Jalan BSA UNNES melaksanakan sebuah kegiatan yang merupakan agenda rutin tiap bulannya. Untuk ke sekian kalinya rombongan Jalan-Jalan BSA mengadakan acara Camping di kaki gunung Ungaran. Nampak biasa sebetulnya bagi mereka, orang-orang pecinta alam. Tapi bagaimanapun akan terasa luar biasa bagi orang-orang yang baru merasakan sebuah perjalanan menikmati indahnya alam pegunungan. Begitulah kiranya yang dirasakan oleh sebagian adik angkatan saya di prodi Sastra Prancis. Sebagai mahasiswa senior, keberadaan saya dan teman-teman satu angkatan adalah hanya untuk menemani dan sekaligus memimpin segenap rombongan untuk malaksanakan kegiatan tersebut.

Pada tanggal 16 November 2013, team memulai perjalanan dari kampus sampai lokasi. Tidak jauh memang, jarak antara kampus dan lokasi Camping, namun yang terasa melelahkan adalah track hicking yang memang terjal dan menantang. Semua berjibaku dengan stamina tubuhnya sendiri-sendiri dan begitupun saya. Begitu lah adanya, yang saya rasakan sangat berat dan menguras tenaga. Maklum pada waktu pandakian saya untuk pertamakalinya mendaki sembari melaksanakan puasa. Sebuah ujian yang berat dari Tuhan untuk mengatahui seberapa besar cinta kasihku kepadaNya. Dan akhirnya saya berhasil untuk melaluinya dengan baik. Alhamdulillah..

Gunung Ungaran yang mempunya ketinggian 2.050 meter itu menjadi saksi perjalanan yang nantinya tidak akan terlupakan oleh saya. Perjalanan untuk membunuh hawa nafsu, penyesuaian kondisi badan, dan keinginan untuk mencapai kepuasan dengan mencumbu udara segar pegunungan. Mendaki gunung dan berpuasa itu menurut saya luar biasa. Iya, sangat luar biasa, saya yakin tak semua orang berkenan dan mampu untuk melakukannya.

Tepat pukul 17.45 WIB, adalah waktu dimana azan Magrib berkumandang untuk daerah Semarang dan sekitarnya. Seketika itu pula saya bergegas untuk memberhentikan rombongan untuk beristirahat tepat di depan air terjun gunung Ungaran dengan derai air yang menyejukkan. Dengan hening dan segala rasa syukur kuhaturkan untuk Tuhan, sembari menengadahkan tangan dalam aliran air. Mengambil air dari derasnya air terjun dan meneguknya dengan kedua tangan, adalah saat dimana saya benar-benar merasakan nikmat Tuhan yang tiada tara. Dahaga yang diniatkan seharian luruh dengan sejuknya air gunung yang menyegarkan. Alhamdulillahirobbi.

Perjalanan berlanjut, diatara hutan dan gelap malam kami berjuang kembali untuk sampai kepuncak. Lelah tubuh, terang bulan yang bulat penuh, nyiur dedaunan, slentingan canda dari teman yang saling bersautan, dan akhirnya kami menemu tempat untuk mendirikan tenda. Masing-masing sibuk dengan tugasnya, ada yang mendirikan tenda, membuat api unggun, memasak, mencari kayu bakar, dan sebagai senior cukup duduk manis memandang indahnya bulan.hehe

Dan ini lah yang saya tuliskan pada malam itu:
------
Kekasih, apakah kau melihat bulat bulan yang sama?
Di ketinggian 2.050 meter, aku memandang ufuk
Dari sanalah nanti mentari datang beberapa jam lagi.
Dari ufuk lah, kotamu akan terang sebelum keberadaanku sekarang.
Disaat itulah kau akan terbangun dan melihat barat.
Ada aku di puncak dengan seonggok rindu yang membara.
Yang melambaikan tangan dan berucap "Bonjour cherie.."

Kekasih, aku tak membutuhkan teropong bintang, untuk melihatmu nan jauh disana.
Cukup pantulan sinar bulan yang melukiskan parasmu dan belai udara adalah belai lembut cinta kasihmu.
Kekasih, tak akan habis akalku untuk menemanimu.
Tak akan habis kata untuk mencumbu malam minggu kita.
Cintah kasihku tak sebatas tinggi tower penguat signal telephone, tidak!
Sejauh memandang langit, sejauh itu pula kupersembahkan malam ini, untukmu.
I miss you....
------

Angin malam pegununga mulai menerpa, api semakin menunjukkan semangatnya untuk melahap setumpuk kayu, dan saya semakin menikmati malam. Teman-teman riuh bernyanyi, bersorak sorai dengan secangkir kopii dan jagung bakar. Ini lah alam, terimakasih semesta. Selalu ada cerita untuk kita yang muda dan berbahaya. See you later :)

Ditulis oleh: Eko Romansah
17/11/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar