Camping adalah sebuah
kegiatan seseorang untuk menikmati alam dan melatih kemandirian untuk hidup di luar
rumah dengan mendirikan tenda. Mungkin deskripsi tersebut belum mampu untuk
mewakili arti dan makna Camping sebenarnya. Namun apalah arti jika saya hanya
ingin menuliskan apa yang sedang dan telah saya lakukan. Begitu kiranya saya
menulis untuk mengabadikan petualangan saya selagi muda dan berbahaya.
Petang lalu, sama seperti
saat dimana saya sedang menuliskan ini, saya dan bersama rombongan Jalan-Jalan
BSA UNNES melaksanakan sebuah kegiatan yang merupakan agenda rutin tiap
bulannya. Untuk ke sekian kalinya rombongan Jalan-Jalan BSA mengadakan acara
Camping di kaki gunung Ungaran. Nampak biasa sebetulnya bagi mereka, orang-orang
pecinta alam. Tapi bagaimanapun akan terasa luar biasa bagi orang-orang yang
baru merasakan sebuah perjalanan menikmati indahnya alam pegunungan. Begitulah
kiranya yang dirasakan oleh sebagian adik angkatan saya di prodi Sastra
Prancis. Sebagai mahasiswa senior, keberadaan saya dan teman-teman satu
angkatan adalah hanya untuk menemani dan sekaligus memimpin segenap rombongan
untuk malaksanakan kegiatan tersebut.
Pada tanggal 16 November
2013, team memulai perjalanan dari kampus sampai lokasi. Tidak jauh memang,
jarak antara kampus dan lokasi Camping, namun yang terasa melelahkan adalah
track hicking yang memang terjal dan menantang. Semua berjibaku dengan stamina
tubuhnya sendiri-sendiri dan begitupun saya. Begitu lah adanya, yang saya
rasakan sangat berat dan menguras tenaga. Maklum pada waktu pandakian saya
untuk pertamakalinya mendaki sembari melaksanakan puasa. Sebuah ujian yang
berat dari Tuhan untuk mengatahui seberapa besar cinta kasihku kepadaNya. Dan
akhirnya saya berhasil untuk melaluinya dengan baik. Alhamdulillah..
Gunung Ungaran yang mempunya
ketinggian 2.050 meter itu menjadi saksi perjalanan yang nantinya tidak akan
terlupakan oleh saya. Perjalanan untuk membunuh hawa nafsu, penyesuaian kondisi
badan, dan keinginan untuk mencapai kepuasan dengan mencumbu udara segar
pegunungan. Mendaki gunung dan berpuasa itu menurut saya luar biasa. Iya,
sangat luar biasa, saya yakin tak semua orang berkenan dan mampu untuk
melakukannya.
Tepat pukul 17.45 WIB, adalah
waktu dimana azan Magrib berkumandang untuk daerah Semarang dan sekitarnya.
Seketika itu pula saya bergegas untuk memberhentikan rombongan untuk
beristirahat tepat di depan air terjun gunung Ungaran dengan derai air yang
menyejukkan. Dengan hening dan segala rasa syukur kuhaturkan untuk Tuhan,
sembari menengadahkan tangan dalam aliran air. Mengambil air dari derasnya air
terjun dan meneguknya dengan kedua tangan, adalah saat dimana saya benar-benar
merasakan nikmat Tuhan yang tiada tara. Dahaga yang diniatkan seharian luruh
dengan sejuknya air gunung yang menyegarkan. Alhamdulillahirobbi.
Perjalanan berlanjut, diatara
hutan dan gelap malam kami berjuang kembali untuk sampai kepuncak. Lelah tubuh,
terang bulan yang bulat penuh, nyiur dedaunan, slentingan canda dari teman yang
saling bersautan, dan akhirnya kami menemu tempat untuk mendirikan tenda. Masing-masing
sibuk dengan tugasnya, ada yang mendirikan tenda, membuat api unggun, memasak,
mencari kayu bakar, dan sebagai senior cukup duduk manis memandang indahnya
bulan.hehe
Dan ini lah yang saya
tuliskan pada malam itu:
------
Kekasih, apakah kau melihat
bulat bulan yang sama?
Di ketinggian 2.050 meter,
aku memandang ufuk
Dari sanalah nanti mentari
datang beberapa jam lagi.
Dari ufuk lah, kotamu akan
terang sebelum keberadaanku sekarang.
Disaat itulah kau akan
terbangun dan melihat barat.
Ada aku di puncak dengan
seonggok rindu yang membara.
Yang melambaikan tangan dan
berucap "Bonjour cherie.."
Kekasih, aku tak membutuhkan
teropong bintang, untuk melihatmu nan jauh disana.
Cukup pantulan sinar bulan
yang melukiskan parasmu dan belai udara adalah belai lembut cinta kasihmu.
Kekasih, tak akan habis
akalku untuk menemanimu.
Tak akan habis kata untuk
mencumbu malam minggu kita.
Cintah kasihku tak sebatas
tinggi tower penguat signal telephone, tidak!
Sejauh memandang langit,
sejauh itu pula kupersembahkan malam ini, untukmu.
I miss you....
------
Angin malam pegununga mulai
menerpa, api semakin menunjukkan semangatnya untuk melahap setumpuk kayu, dan
saya semakin menikmati malam. Teman-teman riuh bernyanyi, bersorak sorai dengan
secangkir kopii dan jagung bakar. Ini lah alam, terimakasih semesta. Selalu ada
cerita untuk kita yang muda dan berbahaya. See you later :)
Ditulis oleh: Eko Romansah
17/11/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar