Menurut
cerita Cak Nun, ketika Gus Dur ditanya tentang perbedaan Mohammadyah
dan NU, Beliau berkata begini: Sebetulnya gak ada bedanya, kalau di
Mohammadyah itu ada Aminn Rois kalau di NU ada Rois Am. Kalau
Muhammadyah itu sholat subuhnya 7 rakaat, nah baru bisa dikatakan
perbeda.
Saya juga teringat penggalan lirik Syi'ran Gus Dur sekalipun ada sumber yang menuliskan bahwa itu bukan karya beliau "sering ngafirke marang Kiai, yen iseh kotor ati akale".
-(Fenomena entahlah) -
Jika Film Sang Pencerah (2010) garapan Hanung Bramantio yang
mengangangkat cerita kolosal sosok tokoh KH. Ahmad Dahlan dengan latar
sosial Mohammadyah, lalu kenapa seolah-olah warga NU tak mau tertinggal
dengan merilis Film Sang Kiai (2013) yang mengangkat sosok KH. Hasyim
Asyari?
Adapun adanya pertimbangan-pertimbangan yang lain, tapi
saya tetap menganggap adanya persaingan, ketidak harmonisan, dan bahkan
perselisihan diantara kedua belah pihak.
Dan jika saya boleh
menduga, nanti akan rilis juga Film yang berjudul Senggama Para Kiai,
sebagai jalur tengah yang mengangkat fenomena Kiai jaman sekarang dan
sebagai kritik fenomena kiai partai politik. Mungkin, Ram Punjambi lebih
cocok kelihatannya jika diberi tugas untuk hal itu karena lebih sering
membuat Film Pocong KFC (dada&paha). Hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar