Kepada
Yang termuliakan
Pencipta jagad raya
Lagi isinya.
Tuhanku, maha pemberi segalanya, yang lebih
menyayangi insan terkutuk di muka bumi ini, yang berada dalam ketiadaan. Murkai
Aku, pemuji yang kotor, yang jauh dari rasa kecukupan atas cumbu mesraMu, yang
berpikir bangsat dalam ketegaran.
Demi langit dan bumi, akan Aku tuliskan pada
selembar putih, persekutuan picik antara Kau dan Aku. Bukti sejarah cipta dan
rasa, antara tangis dan tawa, tak terkecuali kejujuran dan kemunafikan. Semoga
Kau yang maha tidak, tidur dan tuli, yang selalu melihat tanpa menggunjing di
sana sini.
Bejanjilah! Engkau pencipta jagad. Kuburkan yang tak
pantas untuk dieja ini dalam lenggang jaman, simpan-simpanlah dibawah setumpuk
berkas kehidupan dan kematian, yang kutuliskan sendiri sebelum aku menjadi
jabang bayi. Yang konon Kau beri nama khodo’
dan khodar. Dan setelah itu, untuk
keduakalinya, kutuliskan surat ini sebagai pelatuk untuk siap meledak. Yang
tersimpan yang akan membuncahkan dunia. Sejarah laki-laki yang akan memberikan
warna dalam merah marah dunia.
Begitupun Aku, akan kujanjikan padaMu, kesediaan
memperbaiki kata-kata setelah ini dan kalimat demi kalimat sesudahnya. Untuk
dikenang-kenang sepantasnya, dibakar sisanya, dan disesali sejadi-jadinya.
Beginilah hidup, hitam dan putihnya selalu ada.
Mengucur deras rangkaian kata, tepat pada bulan Februari, kidung merah jambu
dan senandung merah darah, melebur menjadi satu. Tentang cerita yang telah
lalu, sekenario yang sepatutnya untuk diindahkan dan dikenang. Sebuah
perjanjian, antara Kau dan Aku, seorang bajingan yang akan dikenal sepanjang
murka dunia.
Tuhanku, telah lama kutunggu, segumpal murka atas
sekumpulan kesombongan dan kecongkakan yang indah. Siang malam yang
membosankan, pemikiran yang absurd, dan akan aku pertanggungjawabkan semua ini
dihadapanMu. Hidup dan mati yang kuciptakan tidak untuk digunjing lagi pula
dipuji.
Sebuah perjanjian yang berakhir pada kehangatan
sapaku padaMu, semoga Kau pasif dengan segala ketentuan dan aturan yang
membunuh. Kusalipkan sebuah surat gelap teruntuk yang maha Gelap, dalam
setumpukan lembaran putih yang akan menemu masanya.
Romansah
09 Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar