Orientasi
kehidupan seseorang itu jelas sangat berbeda. Hal ini dilihat dari
tataran umum yang terjadi pada sebuah masyarakat yang sedang menghadapi shocking of modernisation. Kita sedang
tidak membicarakan hakikat kehidupan karena dalam tingkat tersebut semua
permasalahan akan menjadi sama menuju pada titik materialis atau immaterialis. Orientasi
(oriented) atau arah dan tujuan
kehidupan seseorang ditentukan oleh situasi dan kondisi lingkungan sosial, usia, latar belakang masa
kanak-kanak, mimpi dan ambisi, buku-buku, serentetan ideologi dan teori, dan faktor-x
yang menyebabkan seseorang mampu berubah (disorientation)
dengan cepat. Faktor-x yang disebutkan ini bisa terdiri dari beberapa
kejadian-kejadian yang diciptakan oleh sang Maha Goib (Tuhan) dan yang tidak
mampu diprediksikan oleh manusia.
Terkadang seseorang secara sadar atau tidak sadar mengalami
inkonsistensi dalam memarking sebuah tujuan. Sesuatu yang muncul dari dalam
diri sendiri lah yang mempengaruhi besar kecilnya ketidak konsistenan tersebut.
Faktor dari luar hanya berhasil merebut 25% dari 100% pengaruh perubahan
orientasi kehidupan seseorang. Dalam keseluruhan hidup manusia, salah satunya
tersusun dari beberapa orientasi yang akan membentuk sebuah oriented collectivity atau orientasi
kolektif. Kemudian orientasi kolektif tersebut mengalami proses dialektis yang
terus menerus berkelanjutan sampai manusia tidak mampu lagi menggunakan akal
pikirannya. Mulai dari orientasi
yang lama dan dilanjutkan dengan orientasi baru yang bersifat linier atau
dengan orientasi baru yang merupakan antithesis bagi oreintasi lama. Semua bisa
berubah sesuai perputaran jarum jam yang berbanding lurus dengan usia (kwalitas
waktu).
Di Indonesia,
rata-rata masyarakatnya mempunyai orientasi yang jauh berbeda dengan masyarakat
Barat. hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri dari lingkungan
sosial budaya yang sangat mendominasi pola berpikir masyarakatnya. ideologi
yang berkembang dari abad ke abad dan dijaga eksistensinya sampai saat in,
memang masyarakat indonesia mengutamakan unsur ketuhanan. Dimana aspek
Immaterial sangat mendapatkan tempat yang begitu esklusif di hati masyarakat
Indonesia. Maka dari itu, orientasi masyarakat Indonesia masih banyak
mengkaitkan hal-hal yang berbau astral baik dalam mempercayai keberadaan Tuhan
dan keberadaan makhluk yang kasat mata sekalipun. Segala bentuk aturan dan
anjuran Tuhan yang dikemas dalam sebuah agama akhirnya menjadi landasan
berpikir dan bertingkah laku tak terkecuali dalam membentuk sebuah orientasi
kehidupan.
Berbeda dengan masyarakat Barat yang mempunyai kecenderungan
untuk berorientasi dalam menentukan kehidupan mereka. Kebanyakan masyarakat
Barat lebih kearah materialism sebagai landasan untuk berpikir dan bertindak.
Landasan untuk mencapai sebuah tujuan yang real dan mampu dilihat atau
dirasakan oleh panca indra manusia. Paham ideologi keagamaan yang bersumber
dari Tuhan tidak berhasil berkembang dengan baik ditengah-tengah masyarakat
Eropa. Memang dalam sejarah perkembangan sebuah ideologi Materialism berasal
dari Barat dan menjadi titik tolak ideologi-ideologi selanjutnya, seperti
eksistensialism, capitalism, dan liberalism. Dari situlah dalam kaca mata umum
perkembangan kualitas dan kuantitas manusia diseluruh dunia didominasi dari
paham Barat. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa pada kenyataannya tingkat
kwalitas masyarakat Eropa lebih maju daripada masyarakat Timur (Asia).
Ketika kita membicarakan orientasi masyarakat Asia khususnya
masyarakat Indonesia memang masih tertinggal dengan masyarakat Eropa. Namun,
bukan berarti bahwa untuk menjadi yang terdepan kita harus meniru Orientasi
kehidupan Eropa dan melulu menjadikan prioritas utama untuk tidak merasa
tertinggal. Setidaknya kita harus tahu benar bagaimana kedatangan paham yang
berasal dari Barat tidak semuanya bisa diterapkan di Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh adanya campurtangan sesuatu yang lain (Tuhan) yang memang sudah
melekat pada otak dan pikiran masyarakat Indonesia.
Ada beberapa kemungkinan untuk menjadikan orientasi
kehidupan kita lebih maju dari orientasi kehidupan Barat. Yang pertama adalah
dengan tetap menjaga apa yang sudah kita percayai sebagai pijakan berpikir
untuk membentuk sebuah orientasi dengan campur tangan Tuhan yang Maha
Segala-galanya, yang bisa merubah apapun sekehendakNya tanpa sebab dan alasan (Kun Fayakun, jadilah lebih baik dari
Barat). Yang kedua dengan cara menerima apa yang menjadi paham Barat dan dengan
menggunakannya sebagai landasan untuk membentuk orientasi kehidupan. Dalam hal
ini kita harus ekstra kuat untuk berusaha meningkatkan kualitas diri dari dalam
sebagai manusia Timur dengan segala kompentensi yang harus digali dan
dikembangkan sedemikian sehingga mampu mengungguli kempetensi manusia Barat. Dengan
kata lain ideologi sama namun SDM Indonesia berbeda dan harus menjadi lebih
baik. Yang ketiga adalah dengan mengkombinasikan dua paham Barat dan Timur
sebagai landasan untuk membentuk orientasi kehidupan. Dengan memilah-milah
hasil pemikiran yang kita dapatkan dan menyesuaikan dengan apa yang sedang kita
butuhkan maka akan tercipta sebuah orientasi yang kokoh tanpa terjadi
disefektivitas didalamnya. Ibarat eperti membangun sebuah rumah dengan
mengambil beton dari Barat sebagai pondasi yang kokoh seperti castile Romawi
Gotik dan memberikan atap payon dari Timur sebagai pelindung dari terik
matahari dan hujan.
Apapun dan bagaimanapun kemampuan kita dalam membentuk
sebuah orientasi kehidupan sangat menentukan keberlangsungan eksistensi kita
sebagai manusia yang harus menjali peran di bumi. Setidaknya kita mampu
mengolah apa yang ada dalam diri kita untuk menuju sebuah kelayakan masa depan
yang berorientasi cinta dan kebahagiaan. Karena hal itulah satu-satunya sumber
dari segala elemen pembentuk pribadi yang mampu mengaktualisasikan diri.
Sekarang belum tentu sama seperti yang akan datang, dan orientasi kehidupan
menjaga kita untuk tetap linier dalam berjalan menelusuri ruang dan waktu
menuju masa yang tak akan pernah bisa kita duga. ibarat sebuah supir metro mini
yang sedang membawa puluhan penumpang, orientasi kehidupan adalah sebuah alamat
dimana supir harus memberhentikan metro mini tepat pada tempatnya. Salam
menulis.
Disusun oleh: Eko Romasah
Kamis, 14 November 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar