Faktor yang mendorong seseorang berkerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Setiap orang pada dasarnya mempunyai keperluan yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Kebanyakan, seseorang berkerja untuk sebuah orientasi materi (uang). Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga seseorang berkerja untuk mencari kepuasan batin akan apa yang sedang dikerjakan. Mungkin hal tersebut bisa dijadikan second oriented dari sebuah materi yang memang pada kenyataannya sangat dibutuhkan. Apakah materi tersebut berbentuk uang atau barang, yang terpenting adalah hasil dari apa yang kita kerjakan bisa menunjang keberlangsungan hidup, baik secara individu maupun sosial (kolektif).
Sabtu, 28 Juni 2014
Senin, 12 Mei 2014
Apa Itu Mampu?
Bagaimana aku mampu?
Dengan cara menjawab aku
pasti mampu. Tidak ada pengotakan cara pandang yang membuat kita kerdil untuk
mencari solusi. Solusi dari apapun, dari segala macam hambatan, halangan, atau
beban yang mempu menyudutkan kita untuk tidak mampu bergerak.
Seperti cara menulis
seseorang yang susah dipahami menjadi mudah dipahami. Dengan latihan yang terus
menerus dan semangat untuk konsiten menjaga niat, semua pasti mampu. Seberapa
jauh tataran mampu untuk seseorang, itu semua memiliki prespektif yang berbeda.
Perbedaan ini ditengarai oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantara
lain adalah faktor penilaian dr orang lain, faktor penilaian dr diri sendiri,
faktor lingkungan, dll.
Doa, Buku, dan Hati
Ini adalah tanda. Dimana
manusia itu gemar mengolak-alik buku-buku fiktif. Buku-buku yang abjad-abjadnya
tersusun dari dusta. Setelahnya dipergunakan untuk mengutuk orang, dipergunakan
untuk mengutuk. Lalu, bagaimana pula jadinya jika aku mengikutimu, buku? Atau
akal yang merupakan garis depan berhala modern dan hati yang merupakan cahaya
yang bercampur debu. Ah bukan seperti itu, hati bukan kayak gitu, hati yang
sebegitu itu. Adalah hati yang ngilu, yang berkerja dengan kipas-kipas
keresahan dan jauh dari kemantapan.
Dengan buku-buku kalian
memang mendapatkan sesuatu. Dengan buku-buku memang menjanjikan pembaharuan
pemikiran, cara pandang, dan pembentukan karakter. Sebegitu pula tanpa
mengejwantantahkan siapakah pembuat buku itu, buku adalah sumber dari segala
ilmu. Dan bagiku, yang sebegitu itu, palsu. Aku hidup diantara kemunafikan
tingkat tinggi. Dibalut dengan doa-doa indah seperti pelangi yang mungkin ada
tanpa adanya hujan. Kau ragu? Begini adanya:
Minggu, 11 Mei 2014
Transformasi Transformasi Materialisme
Entah Aku akan menulis apa kali ini, namun yang aku pasti adalah banyak kejadian aneh yang terjadi di 2014 yang sama sekali belum aku prediksi. Banyak peristiwa-peristiwa penting yang semestinya sudah aku tuliskan sebagai bagian dari bukti sejarah hidup namun entahlah. Tidak ada satu pun yang mengetahui apa yang aku ketahui kecuali tetes embun-embun yang mengering dikala fajar mulai sirna.
Manusia selalu berproses dan bertransformasi dari satu titik ke titik berikutnya atau memang kembali pada titik awal. Hal itu bukan terjadi begitu saja, namun kehidupan untuk bergerak sesuai poros sudah mulai beralih melawan poros. Maksudnya adalah, ketika manusia sudah mengalami titik jenuh dimana sesuatu yang baru adalah sebuah konsumsi langka dan gairah yang membara itu dipenuhi dengan sesuatu yang stagnan atau homogen, maka yang terjadi adalah kemandulan pergerakan. Entah bagaimana setiap individu ingin menggunakan bahasa apapun untuk menginterpretasikan hal tersebut, yang jelas aku tetap pada arah pemikiran yang kekal.
Senin, 17 Februari 2014
Renungan Fajar
Semarang, 18 Februari 2014, 03:23
JIKA NANTI SAYA GAGAL SARJANA, IKHLAS LAHIR BATIN.
Ttd:
ROMANSAH
JIKA NANTI SAYA GAGAL SARJANA, IKHLAS LAHIR BATIN.
Ttd:
ROMANSAH
Langganan:
Postingan (Atom)