Pengemis
itu, tidak pernah menghabiskan waktu disepertiga malamnya untuk
mengemis keadilan kepada Tuhannya, tak pernah bersimpuh diatas sejadah
palsu, tidak pula merengek dibawah salib kristus, jauh dari warna-warni
sesaji pura, apalagi hening dihadapan patung budha. Pengemis itu, selalu
menghabiskan waktu untuk merekahkan senyuman agung diantara ratapan
dosa, atau bahkan menghina manusia diantara
lelap-lelap mereka. Karena, jika nanti telah datang surya, pengemis
kembali dalam kutukan abadinya, meratap dalam hinaan manusia yang
menuhankan harta.
Pengemis itu, bukan pemalas yang enggan bekerja,
bukan pula yang telah berputus asa, apalagi yang berlindung dibawah
ketidakmampuan diri atas kelumpuhan jasmani.
Pengemis itu, sebaik-baiknya penguji kesediaan untuk memberi, sebenar-benarnya diadakan Tuhan sebagai penyeimbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar