Selasa, 30 Juli 2013

Adalah Membaca


Masih seputar membaca. Istilah membaca dapat mencakup pengertian yang sangat luas sekali. Untuk merumuskan pengertian membaca sangat sulit karena ragam kegiatan membaca berbeda-beda. Seperti halnya pengertian membaca dari proses kegiatan membaca, bahan atau materi bacaan, dan tujuan membaca itu sendiri.
Bisa dikatakan bahwa membaca adalah mereaksi pengamatan tehadap huruf yang merupakan representasi bunyi ujaran atau tanda penulisan yang lainnya. Dari hasil mereaksi tersebut, kemudian terjadi rekognisi, yakni pengenalan bentuk dalam kaitannya dengan makna yang dikandung serta pemahaman keseluruhan yang masih harus melewati tahapan-tahapan tertentu. Membaca merupakan suatu bentuk kegiatan yang kompleks yang melibatkan fisik, mental, pengalaman, dan pengetahuan. Dalam proses membaca terjadi beberapa tahapan yang saling berurutan.  Mulai dari pengamatan teks, memahami hubungan antar teks , memahami makna kata, mendalami pemahaman, dan evaluasi untuk menyusun kesimpulan.

Ragam membaca dibagi menjadi beberapa macam, yakni membaca dalam hati, membaca cepat, membaca teknik atau membaca nyaring. Dari kesemuanya itu tidak tergantung bagaimana tujuan membaca sebelumnya. Apakah membaca untuk pemahaman, membaca untuk refreshing atau hiburan, dan membaca untuk menghafalkan.
Untuk menindak daripada kegiatan setelah membaca, pembaca dapat melakukan berbagai macam bentuk aktifitas selanjutnya. Seperti contohnya adalah menulis resume atau rangkuman, menulis note atau catatan, menghafalkan, dan sebagai bahan pengetahuan saja. Membaca tidak mempunyai tataran yang jelas tentang bagaimana kuantitas membaca itu bisa dikatakan berhasil atau mencapai tujuan dari kegiatan membaca. Semua cenderung relative tergantung oleh kualitas pembaca itu sendiri. Kebanyakan untuk memahami apa yang kita baca memerlukan waktu metode membaca yang baik, bila perlu dilakukan berulang-ulang untuk mencapai pemahaman dari apa yang diintepretasikan oleh teks bacaan. Disamping itu pula kegiatan membaca dipengaruhi oleh tingkat kesulitan teks bacaan, tema teks bacaan, atau juga bisa dengan situasi dan kondisi ketika sedang membaca, pengetahuan pembaca atau keterkaitan teks bacaan yang sebelumnya pernah dibaca.
Dalam hubungan antara faktor yang mempengaruhi membaca lebih lanjut, teks-teks yang berisikan aksara untuk diejakan mempunyai peranan penting. Pembaca sebagai subjek dan teks sebagai objek saling memiliki hubungan timbal balik. Benda yang dikenai pekerjaan dari subjek atau seorang pembaca ini memiliki tingkat kesulitan yang bermacam-macam. Dari jenis penggolongan teks-teks saja, terdapat beberapa macam jenis teks, yakni teks fiksi atau non fiksi dan teks sastra atau teks ilmiah. Teks fiksi lebih biasanya lebih sering dikaitkan dengan teks sastra dan memang benar adanya. Namun teks sastra bukan kesemuanya termasuk dalam teks fiksi. Dalam konteks ini teks sastra lebih luah cakupannya dibandingkan teks fiksi. Berbeda dengan teks ilmiah atau non fiksi yang sudah barang pasti memiliki kepastian atau kebenaran sesuai dengan fakta-fakta ilmiah atau kebenaran konvensional. Bisa dikatakan teks ilmiah merupakan bagian dari ilmu pasti yang mengkaji masalah-masalah yang sudah paten.
Bagi para pembaca yang memang tidak begitu intens menggauli teks bacaan jika dihadapkan dengan teks sastra terkadang mengalami kesulitan yang membingungkan. Maksud dari kesulitan itu adalah ketidak pastian teks-teks bacaan yang memang diciptakan untuk menyembunyikan maksud dari teks itu sendiri. Teks sastra memang diciptakan sengaja tidak menggiring pembaca kearah yang pasti dan isi dari teks tersebut cenderung disembunyikan dalam tanda-tanda yang tersusun indah dalam serangkaian kata. Untuk itu pembaca harus jeli memahami benar-benar teks yang ada dengan menerjemahkan teks sastra tersebut dengan metode sastra yang ada. Memang pada umumnya pembaca lebih senang memilih teks sastra untuk dijadikan rujukan ketika sedang jenuh dengan teks ilmiah karena teks sastra menawarkan hiburan yang santai, menarik, indah dan dapat menyegarkan otak. Namun jika sudah masuk kedalam ranah membaca untuk melakukan penelitian sastra, mau tida mau pembaca harus dituntut tidak saja mengapresiasi (menggauli) namun juga harus membongkar keseluruhan rahasia yang ada dalam teks tersebut.
Memang dalam pendidikan di Indonesia dari sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi, teks ilmiah dan non fiksi lah yang digunakan sebagai konsumsi sehari-hari. Pembaca diarahkan untuk mengisi otak dengan ilmu-ilmu pasti, fakta-fakta dunia, sejarah dll. Dalam keadaan seperti ini, teks sastra hanya ditempatkan sebagai penyegar saja atau lebih tepatnya sebagai pelengkap jika terjadi kejenuhan. Sekalipun begitu, untuk memahami teks sastra lebih sulit daripada memahami teks ilmiah. Hal ini dikarenakan hasil dari kesimpulan para pembaca teks sastra hampir tidak pernah sama, tidak bisa mencapai satu titik yang searah. Setiap pembaca teks sastra mempunyai persepsi masing-masing dan kesimpulan masing-masing.  Teks-teks sastra kuno di belahan Negara manapun memberikan sumbangsih terhadap teks ilmiah yang sekarang lebih dipentingkan daripada teks sastra. Dari keberadaan munculnya saja, teks sastra lebih dahulu muncul dan lebih dahulu dinikmati oleh para pembaca. Padahal pada kenyataannya para pembaca yang nantinya akan membuat teks ilmiah, mereka tak jarang menjadikan teks sastra yang sebelumnya ada sebagai rujukan atau landasan berpikir.
Saya tidak mengatakan bahwa teks sastra lebih baik dari teks ilmiah dan begitu sebaliknya, karena masing-masing mempunyai manfaat tersendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan pembaca. Yang lebih ingin saya tekankan adalah bagaimana pembaca pintar untuk menyikapi teks-teks bacaan yang menjadi konsumsi sehari-hari. Dari beberapa macam jenis teks yang anda telan setiap harinya maka anda akan dibawa kearah tingkat pemahaman yang kompleks dan saling berkaitan. Untuk itu pentingnya menyaring dan memilah-milah akan apa yang sudah masuk dalam mainset kita sepaya tida bercampur menjadi satu pemahaman yang nantinya akan memperngruhi pola berpikir, perlu dijadikan kegiatan wajib dari keseluruhan proses membaca. Seperti kitaka kita akan membuat teh daun, supaya kita tidak tersedak dengan daun teh yang masuk ke mulut maka kita perlu menyaring daun teh tersebut agar tidak menyatu dengan air teh itu sendiri. Salam sastra!

Romansah
27-07-2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar