Senin, 16 September 2013

Dear Diary




Dear diary

Perjalanan hidup memang tak seindah yang kita bayangkan. Tak semanis yang kita rasakan seperti ketika kita sedang menikmati sebotol madu yang diambil langsung dari kerajaan lebah. Tidak ada seorangpun yang mampu mengetahui apalagi memprediksi apa-apa yang akan kita alami. Peristiwa demi peristiwa mengalir begitu indah dengan kejutan batin dan bahkan menohok sampai dalam relung-relung hati.

Aku terlampau terlambat untuk menuliskan segala hal yang pernah terjadi dalam kehidupanku. Aku akui itu sebagai penanda dimana kesadaran menulisku seperti orang yang bangun  kesiangan gara-gara terlalu lelah berpesta diantara hangatnya malam. Aku tak tau apakah ini patut untuk aku sesali atau memang harus kuterima begitu saja sebagai takdir yang mutlak adanya dari Sang Pencipta.  Apapun itu, bukan berarti aku tak berkeinginan untuk mengabadikan sejarah hidupku dari tangisan pertamaku di dunia ini sampai nanti ketika ajalku sudah sampai pada waktunya kembali.
Sampai saat ini kesadaranku menggiring gerak jari-jari tangan untuk menuliskan cerita hidup bak sekenario drama yang keberadaanya langsung disutradarai oleh Tuhan. Tangis dan tawa adalah hal yang wajar bagi semua manusia yang pernah hidup di dunia ini. Namun, seperti sebuah cerita pasti mempunyai alur dan setting yang berbeda. Akan terasa aku kurang bersyukur kepada Illahi jika aku menyebutnya sebagai penderitaan, namun akan aku sebut sebagai tanda kasih sayang yang teramat dalam yang diberikan Tuhan kepadaku.
Dan mulai saat ini, akan aku tuliskan semua yang pernah aku rasakan dan alami sebagai kisah kasih tuhan. Ketika rasa percaya kepada orang lain untuk bisa membantu memikul apa yang sudah aku rasakan dan pentingnya menulis untuk mengabadikan segala hal ketika nanti kelak aku telah kembali kepada Yang Maha Esa.



Romansah, 09/10/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar