Dear diary
Perjalanan
hidup memang tak seindah yang kita bayangkan. Tak semanis yang kita rasakan
seperti ketika kita sedang menikmati sebotol madu yang diambil langsung dari
kerajaan lebah. Tidak ada seorangpun yang mampu mengetahui apalagi memprediksi
apa-apa yang akan kita alami. Peristiwa demi peristiwa mengalir begitu indah
dengan kejutan batin dan bahkan menohok sampai dalam relung-relung hati.
Aku
terlampau terlambat untuk menuliskan segala hal yang pernah terjadi dalam
kehidupanku. Aku akui itu sebagai penanda dimana kesadaran menulisku seperti
orang yang bangun kesiangan gara-gara
terlalu lelah berpesta diantara hangatnya malam. Aku tak tau apakah ini patut
untuk aku sesali atau memang harus kuterima begitu saja sebagai takdir yang
mutlak adanya dari Sang Pencipta. Apapun
itu, bukan berarti aku tak berkeinginan untuk mengabadikan sejarah hidupku dari
tangisan pertamaku di dunia ini sampai nanti ketika ajalku sudah sampai pada
waktunya kembali.
Sampai
saat ini kesadaranku menggiring gerak jari-jari tangan untuk menuliskan cerita
hidup bak sekenario drama yang keberadaanya langsung disutradarai oleh Tuhan. Tangis
dan tawa adalah hal yang wajar bagi semua manusia yang pernah hidup di dunia
ini. Namun, seperti sebuah cerita pasti mempunyai alur dan setting yang
berbeda. Akan terasa aku kurang bersyukur kepada Illahi jika aku menyebutnya
sebagai penderitaan, namun akan aku sebut sebagai tanda kasih sayang yang
teramat dalam yang diberikan Tuhan kepadaku.
Dan
mulai saat ini, akan aku tuliskan semua yang pernah aku rasakan dan alami
sebagai kisah kasih tuhan. Ketika rasa percaya kepada orang lain untuk bisa
membantu memikul apa yang sudah aku rasakan dan pentingnya menulis untuk
mengabadikan segala hal ketika nanti kelak aku telah kembali kepada Yang Maha
Esa.
Romansah, 09/10/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar