Rabu, 04 September 2013

Sandiwara Sangkan Paraning Dumadi


Masa transisi dimana seseorang beradaptasi dengan suatu lingkungan baru yang jauh berbeda membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Apalagi yang berurusan dengan seluruh kehidupan seseorang (Habitual action) yang memungkinkan mereka untuk mengubah seluruh apa yang sudah mereka tekuni selama bertahun-tahun. Tidak perlu yang muluk-muluk, cukup seperti masa dimana seorang mahasiswa seperti saya ini yang mudik ke kampung halaman dan menghabiskan waktu bermingu-minggu hanya untuk sekadar bercengkrama dengan sanak keluarga. Sekalipun nampaknya tidak berpengaruh besar sebagai penentu masa depan namun katidaknyamanan yang saya rasakan mulai menggerogoti pikriran dan ketenangan hati. Bagaimana tidak jika hampir setiap masyarakat memandang dengan asumsi yang sebegitu tinggi sesuai dengan apa yang mereka inginkan dari seorang mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agent of change.

Tradisi kehidupan mahasiswa selama ini sangat bersebrangan dengan apa yang diinginkan oleh kebanyakan orangtua atau masyarakat umum. Hal ini terjadi karena ketidak tahuan orangtua dan minimnya pengawasan orangtua terhadap anaknya yang stay di laur kota untuk menyelesaikan studinya ditingkat Universitas. Controlling society yang minim telah terjadi disekitar kawasan Universitas setempat juga memperngaruhi perubahan kebiasaan hidup oleh mahasiswa.
Memang jika ditilik dari makna kata Mahasiswa sendiri seharusnya tidak ada siapapun yang dibutuhkan untuk melakukan controlling karena Mahasiswa sendiri berarti siswa yang sudah dalam jenjang besar, dewasa, dan agung. Seharusnya tanpa siapapun, mereka harus mampu untuk memenage dirinya sendiri sesuai dengan apa yang mereka perlukan. Kemandirian adalah kewajiban total dari seorang mahasiswa untuk menemukan jati diri yang ada dalam dirinya untuk menyongsong masadepan, membangun bangsa dan Negara. Namun pada kenyataannya tidak seperti yang diharapkan bagi kebanyakan mahasiswa yang sekarang masih dalam proses menyelesaikan studinya. Memang ada beberapa mahasiswa yang masih mampu membawa diri dengan baik dari kebiasaan malas, bersenang-senang, dan dari pergaulan bebas. Kebanyakan dari mereka yang mampu membawa diri dengan baik berasal dari kalangan menengah kebawah atau bisa dikatakan yang datang dari keluarga yang tidak mampu. Niat mereka untuk urban dari desa ke kota hanya ingin belajar dengan sungguh-sungguh dan berharap bisa menaikkan harkat derajat keluarganya. Keterbatasan sarana dan prasarana belajar sangat menunjang untuk tetap fokus dalam meraih apa yang mereka inginkan. Uang saku yang cenderung pas-pasan membuat mereka mampu mengatur siklus kehidupannya dengan baik, seperti anggaran jajan, makan, kluyuran, tongkrongan, dll.
Kondisi seperti diatas sangat berbeda dengan kebiasaan kehidupan mahasiswa yang bersal dari kelas menengah ke atas. Kecukupan sarana dan prasarana yang di berikan oleh orangtua mereka tidak dimanfaatkan dan digunakan sebagaimana mestinya. Mahasiswa yang seperti ini cenderung untuk slow action karena himpitan situasi tidak sebegitu ketat seperti mahasiswa yang kurang mampu. Peluang untuk menghabiskan uang untuk sesuatu yang kurang begitu penting dalam bidang akademik sangat besar. Mereka terlalu terlena dengan waktu yang diam-diam mencekik leher mereka yang terlampau santai. Kegiatan yang monoton dan sangat sia-sia sangat mungkin menyelimuti kebiasaan hidup mereka seperti tidur-tiduran di kamar kost, ngeluyur di malam hari sampai pagi, makan tidak teratur, jadwal belajar terbengkalai, dan bahkan ada yang terjerumus dalam dunia gelap.
Dengan gamblang saya tuliskan sebagai catatan sejarah hidup sebagai manis pahit perjalanan saya. Keadaan yang seperti ini sangat mungkin dirasakan oleh teman-teman mahasiswa yang lain karena sebagai individu saya berkeharusan mengerti apa yang terjadi dilingkungan sekitar.
Lebaran adalah musim dimana seluruh manusia kembali. Bukan hanya diartikan sebagai kembali kepada Illahi namun juga kembali pada sangkan paraning dumadi (keluarga). Di Indonesia hal yang seperti ini sudah menjadi tradisi yang dijaga dan dilakukan selama berabad-abad lamanya. Orang-orang yang merantau untuk berkerja, bersekolah, atau dalam suatu urusan yang lain berkeinginan kembali kepada keluarga. Sekalipun hanya sekedar bercengkrama dengan sanak keluarga yang lama tak bertemu berhasil memberikan kenyamanan hati seseorang yang rindu akan belai kasih dari keluarganya. Namun sekali tidak untuk para mahasiswa yang bandel dan agak gleyor otaknya. Ketika mereka pulang kerumah cenderung merasakan ketidaknyamanan berada dilingkungan keluarga yang cenderung mengikat dengan segala tuntutan orangtua. Hal ini nampak wajar karena sebagai reward dari apa yang orangtua sudah berikan kepada mereka. Entah dari segi dukungan, perhatian, fasilitas, biaya yang sangat banyak dll mengharuskan seorang mahasiwa melaporkan proker selama menempuh studi di laur kota. Kebanyakn yang terjadi adalah ketidak sesuaian laporan dangan apa yang sebenarnya dilakukan selama jauh dari orangtua.
Ini lah yang saya maksud dengan masa transisi yang sangat sulit sekalipun hanya dalam jangka waktu mingguan. Mahasiswa dituntut untuk melakukan sederetan sandiwara yang menggelitik hati dan pikiran. Sandirwara yang sibisa mungkin dapat memperlihatkan keadaan se ekor ayam yang kembali kedalam kandang. Mereka terkurung dengan gerak yang terbatasi dan sudah barang pasti sangat tidak mengenakkan. Mulai dari bangun pagi, keharusan untuk beribadah sebagai rutinitas yang sebelumnya terpelihara dilingkungan keluarga, pola makan yang harus kembali seperti layaknya manusia sehat, dan ini yang paling menggelikan! Yaitu kesediaan berlama-lama di dalam kamar mandi hanya untuk menghabiskan sebatang rokok supaya tidak diketahui orangtua bahwa selama ini anaknya sudah menjadi perokok berat.
Orang bilang, ini jaman edan kalau tidak ikutan tidak kebagian. Entah bagaimana tuhan menghakimi kehidupan kami selama ini, namun begini lah yang terjadi. Untuk urusan masa depan semua orang tak akan tahun, tapi saya yakin dengan hal yang menggelitik ini tidak akan menentukan bahwa masa depan saya akan buruk hanya karna kenakalan yang menyenangkan ini. hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar